Kumpulan Cerpen (Part 3)


SEPEDA UNTUK PUTRIKU TERCINTA

Oleh : Khusnul A. S. ( 14 )

             Saat itu hujan deras , Fina dan Ayah Fina sedang bertengkar. Fina ingin sepeda seperti milik teman-temannya di sekolah tetapi Ayah Fina tidak punya uang. Sikap Fina yang keras kepala dan manja membuat ayah Fina harus ekstra sabar menghadapinya.
          “pokoknya aku harus punya sepeda besok titik!” Fina membanting piring ke lantai . Ayah Fina hanya bisa sabar, karena ia merasa semuanya yang diminta Fina harusnya bisa ia turuti namun apalah daya keadaan yang tak memungkinkan. Pagi itu pukul 06:00 Fina pergi ke sekolah diantar ayah Fina dengan motornya. Fina cemberut melihat ayahnya , karena Fina merasa ayahnya tidak sayang kepada Fina apa salahnya dengan membeli sepeda? Tidak terlalu mahal kan?
          “ayah , intinya besok harus ada sepeda.” Tegas Fina.
          “iya ayah usahakan ya Fin, kamu jangan cemberut gitu dong.” Ayah fina merayu fina. Fina hanya membalas dengan wajah benci dan cemberut. Sesampainya di sekolah Fina melihat teman-temannya menaiki sepeda bersama-sama. Ayah Fina terenyuh melihat ekspresi putrinya. Sangat menyedihkan hanya sepeda saja ia tak mampu membelikan untuk putrinya?
          “Maafkan ayah nak , ayah janji akan berusaha lebih keras agar bisa membelikanmu sepeda.” Batin ayah Fina.
          Setelah mengantar Fina , ayah Fina mencari cara agar ia bisa mendapatkan uang yang banyak. Ia bertemu dengan Maya , adik istrinya.
          “mas , kok disini? Gak kerja?” Maya penasaran karena kakak iparnya terlihat sedih.
          “aku sebenarnya dipecat dua bulan yang lalu dan sekarang aku bekerja sebagai kuli bangunan, ya uangnya hanya cukup untuk makan saja, sedangkan kebutuhan Fina masih banyak dan belum lagi keinginannya lainnya aku bingung may harus gimana.”
          Maya terenyuh mendengar cerita dari kakak iparnya itu, maya mulai berfikir pekerjaan apa yang bisa ia berikan kepada kakak iparnya itu.
          “mas , aku sih gabisa ngasih pekerjaan ke kamu tapi aku tau kerja apa yang tidak terlalu ribet.”
          “apa?” ujar ayah fina
          “kamu jadi ojek online aja, lumayan loh kamu bisa bagi waktu kamu buat kerja jadi ojek dan jemput Fina , gimana?”
          “oh gitu ya yauda lah aku coba makasih ya may , kamu adikku yang sangat baik.”
          “iya mas sama-sama.”
          Maya sangat kagum kepada kakak iparnya , walaupun Fina sangat manja dan sering merepotkan ayahnya tetapi Ia tetap bekerja keras untuk Fina. Andai Fina tau , mungkin hatinya tidak akan sekeras ini seolah-olah melihat ayahnya adalah ayah yang tak berguna baginya.
          Pagi itu ayah Fina menjadi kuli bangunan. Ia bekerja untuk membangun rumah seorang saudagar. Matahari mulai menyengat dan perlahan-lahan  membakar kulit. Tapi semangat ayah fina mencari uang untuk sepeda tak surut karena matahari, ternyata ia mendapat uang 300 ribu saja. Uang itu belum setengah dari harga sepeda yang diinginkan Fina. Ayah fina pun menjadi gojek , karena bantuan temannya dan maya ia bisa menjadi gojek.
          Banyak penumpang yang memesan ia, ia sangat senang dan ia sangat berharap ia mendapat uang agar bisa membelikan fina sepeda. Malam itu hujan deras, ayah fina sudah mengumpulkan banyak uang, penghasilan hari itu 500 ribu ditambah dengan uang simpanannya. Harga itu sudah setengah dari harga sepeda yang diinginkan Fina. Iapun pergi ke toko sepeda dan ia membeli sepeda yang diinginkan Fina. Sepeda bewarna merah muda , sangat cantik .
          “pak saya beli ini ya.”
          “iya , harganya 1 juta pak.”
          “pak kalo saya bayar setengahnya bagaimana?”
          “waduh gabisa pak.”
          “ayolah pak saya mohon , sepeda ini untuk anak saya .”
          “nggak bisa pak , sepeda ini memang segitu harganya dan tidak bisa dicicil.”
          “saya tambahin jam tangan saya deh pak , sama cincin pernikahan saya , tolong ya pak.”
          “masih kurang ini pak.”
          Ayah fina mulai putus asa, ia pun pergi dari toko itu, ia pun berusaha mencari pinjaman ke bank , ia berlari dibawah hujan menuju bank. Iapun mendapatkan pinjaman tersebut. Di sisi lain Maya membeli sepeda  itu untuk Fina , ia ingin membantu kakak iparnya .ia tak tega kakak iparnya seperti itu. Ayah fina pun kembali ke toko tersebut betapa terkejutnya ia, maya ada disana.
            “loh maya?”
          “mas ini sepeda untuk Fina , kamu gausah jual cincin pernikahan kamu ya , kakakku pasti sedih kalo kamu jual cincin kamu.”
          Ayah Fina sangat senang karena ia bisa membawa pulang sepeda yang diinginkan Fina.
          “may kamu bisa gak bawa sepeda ini pakek mobil kamu? Aku masih ada satu Pekerjaan nih.”
          “iya mas, aku ke rumah ya.”
          Hujan semakin lebat , ayah Fina kembali menuju ke kontruksi bangunan tempat ia bekerja. Tiba-tiba petir menyambar di antara bangunan kontruksi yang menyebabkan bangunan tersebut ambruk dan mengenai tubuh ayah fina. Beruntung ayah fina masih selamat namun kondisinya sangat kritis. Melihat kejadian itu para pekerja kontruksi tersebut segera membawa ayah fina ke rumah sakit terdekat. Dalam hatinya, ayah fina sangat lega bisa membelikan sepeda untuk Fina.
          Saat dirumah , fina sangat senang karena tantenya membawakan sepeda untuk Fina .
          “Fin, ini dari ayah kamu loh kamu suka kan?”
          “suka kok, tante ayah mana?”
          Tiba-tiba hp maya berbunyi dan ia mendapat kabar jika kakak iparnya kritis di rumah sakit karena tertimpa bahan kontruksi yang jatuh. Fina berteriak dan tidak mungkin ayahnya bisa celaka. Fina sangat menyesal karena sikapnya yang tidak menghormati ayahnya. Disaat ayahnya sakit fina sadar atas kelakuan yang dibuatnya dan berjanji akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.



Di Tepi Pantai Senja

Karya : Lukman Khakim ( 15 )

                Di tepi pantai, seorang pria berdiri menghadap ke arah lautan. Mata itu memandang ombak yang bergulung, seakan mengenang ombak hidup yang ia lalui. Bagai desiran ombak yang berbuih, kenangan masa lalu memburai dari matanya, terperangkap dalam pikirnya.
*******
“ctak” suara spidol mengenai bahu Bara, seorang siswa di SMP Pelita, disertai dengan gelak tawa siswa sekelas tentunya. “Semuanya diam! Bara kenapa kamu melamun? Apakah kamu mendengar materi yang saya ajarkan?” bentak Pak Agus. “Maaf Pak saya tidak memperhatikan karena...” “Sudah! Kamu tidak usah banyak alasan! Kamu maju ke depan, berdiri sampai bel pulang berbunyi!”. Dengan sedikit jengkel Bara maju ke depan kelas. Kejengkelannya bukan karena hukuman yang ia terima, tetapi karena Pak Agus tak mau mendengar penjelasannya. Hingga bel pulang berbunyi, Bara kembali ke bangkunya dan bergegas pulang. "Bara kenapa kamu terburu buru? Kawan-kawan mau main voli, ayo ikut.” Ajak Bayu, teman karib Bara. “Maaf Bay, aku pulang dulu, Bapak sakit.’ Jawab Bara sambil berlari. Dari sekolah, ia mengendarai motor dengan cepat, menuju rumah sakit.
            Sesampainya di rumah sakit, Bara memarkir sepeda motor, lalu bergegas masuk. “Bu permisi, pasien bernama Indra dipindah di mana ya? Tadi saya cari kok tidak ada.” Tanya Bara ke petugas pusat informasi. “Bapak Indra dipindahkan ke ruang ICU di lantai dua mas”. “Baik bu terimakasih”. Bara bergegas pergike ruag ICU dengan bingung. “Ruang ICU? Apa yang terjadi dengan bapak sampai dipidahkan ke ruang ICU?” pikirnya gundah.
            Ketika tba di depan ruang ICU, Bara melihat kakaknya Desi, bersama Bibi dan Pamannya. “Kak, ada apa dengan bapak? Kenapa Ia sampai dipindah ke ruang ICU?” cecarnya. “Bapak dari pagi sampai siang kayak orang linglung dek, matanya melek, tapi kalau diajak ngomong tidak nyambung, dan kata bapak badannya panas.” Kata kak Desi dengan sedikit terisak. Barapun bingung, juga sedih. Bapaknya masuk ke rumah sakit karena komplikasi, dan sekarang masuk ICU. Saat ia hendak memasuki ruang tersebut, ia dicegah oleh Bibi. “Jangan Bara, di dalam sudah ada kakmu Yuni sama Ibumu, yang boleh masuk hanya dua orang penjenguk.”. Bara pun mengurungkan niatnya dan duduk di kursi koridor. Tidak lama kemudian Bara melihat Ibu ke kamar mandi sambil membawa handuk. Beberapa saat setelah Ibu masuk ke kamar mandi, Kak Yuni keluar dengan wajah tegang lalu berteriak. “Bapak sudah tidak ada!” tubuh kak Yunipun rebah di tanah baai kehilangan tenaga. Teriakan itu langsung direspon oleh mereka semua, termasuk Ibu yang di kamar mandi cepat-cepat keluar. Bara sungguh terpukul, pilu hatinya, bergetar tubunya, dan meleleh air matanya saat mendengar teriakan kakaknya. Sementara Ibu tidak kalah dahsyat kesedihan yang ia rasakan. Bagai dibelah, sesuatu seakan raib dari dadanya, dan ia pun menangis sekeras-kerasnya. Tidak lama kemudian Ibu pingsan. Mereka pun segera menolong ibu, memindahkannya di atas tikar dan berusaha membangunkannya. Ibu akhirnya sadar, Bibi dan Paman segera menyiapkan segala keperluan agar mayat Bapak secepatnya dibawa ke rumah.
***
            Mayat Bapak dimandikan dan dimakamkan malam itu juga. Bara juga ikut memandikan, dan mengantarkan Bapak sampai ke pemakaman. Mata yang nanar itu, tidaklah sanggup membendung air mata mengalir, membasahi pipinya hingga pemakaman itu. Selama air mata itu mangalir, bara bagai membeku bersama waktu. Tidaklah ia dapat merasakan hal lain selain kesedihan.
***
            “Hai Bar” sapa Bayu kepada Bara yeng sedang termenung di bangkunya. “Bar, aku turut berduka atas ketiadaan Bapakmu. Akan tetapi, janganlah kau menghabiskan waktumu untuk terus merenungi yang lalu.”. “Merenungi yang lalu katamu? Kau mengatakannya karena kau belum merasakannya Bayu, kau belum merasakannya!” bentak Bara sambil mengeja. “Aku mengerti Bara, aku belum merasakannya, belum mengaaminya! Tetapi ketahuilah, dunia yang ita pijak ini hanyalah panggung, tidak lebih. Dan engkau, aku, bapakmu, ibumu, saudaramu, dan semuanya hanyalah tokoh, kita hanyalah tokoh! Dan jika kau ingin menjadi pemain yang baik, kau harus melakukan apa kata sutradara, Tuhanlah sutradaranya Bara! Jadi isilah waktumu dengan hal yang berguna, jangan biarkan waktumu membeku dalam perenungan yang sia-sia!” kata Bayu berapi-api. “Oh begitu, jadi jika bapakmu, ibumu, atau saudaramu mati, kau akan bersikap seolah tak terjadi apa-apa dan mengatakan padaku bahawa mereka hanyalah tokoh, begitukah Bayu?” kata Bara, jengkel. Bayu terdiam, Bara yang tak kunjung mendapat jawaban beranjak dari sana, tetapi Bayu segera menyahut. “Mungkin aku tidak bisa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, tetapi aku akan berusaha melakukannya.” Jawab Bayu. Bara yang mendengar kalimat itu berhenti sejenak, kemudian meanjutkan langkahnya.
***
Kini di tepi pantai, Bara seorang diri bersandar di bawah pohon kelapa, dengan kepala yang tertelungkup diantara kaki yang disilangkan. Di sana, Ia menangis sekeras-kerasnya, tanpa seorangpun mendengarnya. Kecuali seseorang yang menepuk pundaknya dari samping. "Hai Bar" sapa Bayu. "Apa yang kau lakukan di sini hah? Apa kau masih ingin mengatakan dunia ini sandiwara" cerca Bara sambil masih terisak. "Maafkan aku Bara, aku sebenarnya hanya ingin kamu tidak sedih terus menerus". "Lalu apa yang kau lakukan di sini?" tanya Bara. Aku hanya mau menasehatimu Bara". "Menasehati apa?" tanya Bara lagi. "Bahwa jika kau besedih terus menerus, kau akan memberatkan bapakmu di sana. Bukankah kau tahu Bara, bahwa jika seorang anak melakukan dosa maka orang tua juga menanggung dosanya, dan jika seorang anak melakukan kebaikan maka orang tuanya juga akan menerima imbalannya. Maka isilah waktumu dengan kebaikan, agar bapakmu bahagia di sana. Serta ketahuilah Bara, bahwa kerikil yang kau injak sekarang hanyalah kerikil kecil, jalan ini masih panjang, masih banyak kerikil yang akan kau injak, kuatkanlah hatimu Bara!". Bara yang mendengar perkataan Bayu termenung sejenak. "Kau benar Bayu.", Barapun berdiri tegap, seakan menantang ombak di hadapannya. Ia biarkan rambutnya yang lebat diuraikan angin. Sedangkan sorot mata itu, nampak sayu namun tajam, bagai mengusir kesedihan yang menghinggapinya. "Biarlah ombak ini menderu, hingga habis kikis raga ini, tetapi aku yakin, akan semakin kuat jiwa ini untuk menghadapi ombak yang lebih dahsyat, juga lebih sunyi!"
*******
Pria itu kini masih berdiri menghadap lautan yang bergelombang. Hingga seorang kawan menghampirinya sambil berkata. "Apa yang kau lakukan di sini Bara?". "Sedang mengingat sesuatu yang menyadarkan pemikiranku." jawab Bara. "Apa itu Bara?". Barapun menjawab tanpa menoleh "Bahwa kita hanyalah debu dihempaskan deru angin-Nya."



SOLIDARITAS TANPA BATAS

Oleh : M. Minhaj Awabi ( 16 )

            Pagi ini cuaca begitu cerah dan indah , walaupun aku bangun kesiangan dan telat masuk kesekolah. Yap, aku masih duduk di bangku sekolah. Namaku abi aku bersekolah di SMAN 1 KRIAN lebih tepatnya aku kelas 11 ipa 7. Mungkin kalian lebih tahu dengan sebutan SMANIKA.
            Aku bukan tipikal orang yang suka memilih-milih teman, jadi bisa dibilang cukup banyak orang yang berteman denganku disekolah. Menurutku, memiliki banyak teman itu bisa membuatku mengerti berbagai macam sifat teman-temanku. Dan menurutku solidaritas dalam pertemanan itu lebih penting daripada apapun, aku memasukkan prinsip itu kedalam hidupku. Aku sudah memiliki beberapa pengalaman tentang berbagai sifat temanku. Mulai dari temanku yang hanya memanfaatkanku menjadi teman yang benar-benar selalu ada untukku.
####
            Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi itu tandanya jam istirahat dimulai. Aku tidak bisa membayangkan betapa ramainya suasana kantin disekolahku. Jadi, aku memutuskan untuk dikelas saja dengan teman-temanku yang mempunyai pemikiran yang sama. Lagipula hari ini aku membawa bekal makanan. Ketika kami asik bercanda tiba-tiba salah satu teman satu sekolahku datang menghampiriku. Dia bernama reno.
“Abi...” panggilnya membuatku mengalihkan perhatian kearahnya.
 “Bisa kita bicara sebentar ?.” Lanjutnya.
“yaps, sekarang?” jawabku sedikit bingung.
“iyaa..” jawabnya sambil berlalu dari hadapanku, dan aku mengikuti di belakangnya.
            Ia berhenti tepat di dekat pohon beringin, kebetulan sekali tempat duduk yang biasanya ramai sekarang sepi. Mungkin mereka yang biasanya duduk disitu sedang tidak ingin keluar kelas. Aku tidak mengerti apa yang akan dia bicarakan sampai kita harus kesini untuk berbicara berdua.
“Bi, minta tolong boleh?” ucapnya tanpa basa-basi, ya aku juga tidak suka dengan hal yang membuang-buang waktu ku.
“apaan?”
“aku mau pinjam uang, boleh ga?” jawabnya sedikit ragu.
“buat?” jawabku dengan ekspresi bingung.
“buat itu hm..” jawabnya sambil berfikir.
 “to the point please.”
            Sebenarnya aku cukup curiga dengan reno. Tidak biasanya dia meminta tolong padaku. Mungkin karena kelas kita berbeda atau mungkin karena faktor lain.
“uang itu buat...” ucapnya masih terlihat berfikir. Ah tidak ini cukup membuang waktuku.
“ buat beli kado mamaku” lanjutnya.
“oh, mamamu ulang tahun?” tanyaku lebih jelas.
“emang mau beli kado apa?” lanjutku.
“ belum tahu nih , masih bingung.”
            Untuk beberapa saat aku diam dan berfikir. Haruskah aku meminjamkannya atau tidak. Ini bukan masalah aku tidak memiliki uang atau aku tidak mau meminjami nya. Hanya saja batinku meragukan reno saat ini. Tapi jika memang benar mamanya berulang tahun, betapa jahatnya diriku yang sudah membatalkan niat baiknya hanya karena aku meragukannya.
“emang butuh berapa?” tanyaku, berusaha untuk membuang jauh-jauh keraguanku.
“boleh nih?, 100ribu ada?” tanyanya sedikit terlihat senang.
            Cukup terkejut aku mendengarnya. Sebanyak itukah yang dia butuhkan?. Tapi pada akhirnya aku merogoh saku celanaku dan memberikan uang 100ribu kepadanya.
“oh iya ren, minggu depan usahakan uangnya kembali. Soalnya ini uang buat bayar spp.” Ucapku.
“jangan khawatir bi , minggu depan kan?, thanks ya” jawabnya sambil menepuk bahuku dan berlari meninggalkan tempat ini. Aku pun ikut beranjak kembali ke kelas karena bel setelah istirahat pun berbunyi.
####
            Satu minggu pun berlalu dan satu minggu itu juga aku tidak pernah melihat reno. Sebenarnya aku dan reno bukanlah teman dekat dan kita tidak satu kelas ,itulah sebabnya aku dan dia jarang berbincang ataupun bertegur sapa.
            Tapi bukan berarti aku lupa dengan uang itu, karena memang aku benar benar membutuhkannya untuk bayar spp. Aku berencana untuk mengingatkan dan meminta uang tersebut besok pagi, mungkin dia lupa kalau dia meminjam uang padaku.
            Pagi hari , aku tidak biasanya datang se pagi ini. Teman sekelasku pun belum banyak yang datang.
“pagi bi, tumben berangkat pagi?” tanya salah satu teman cewek dikelasku
“pagi juga, haha tau nih lagi pingin berangkat pagi” jawabku seadanya.
            Aku duduk ditempat dudukku sambil memikirkan bagaimana caranya aku berbicara kepada reno nanti. Sambil berfikir tiba-tiba teman sebangku ku datang dan menepuk bahuku.
“woy bro, masih pagi jangan melamun.” Ucapnya yang berhasil membuatku kaget.
“haha ngasal banget siapa yang melamun?” jawabku mengelak.
“bi ngerti ga, katanya si reno punya sepatu baru dan denger denger sih mahal.” Aku diam tidak menanggapi karena sejujurnya aku tidak suka membicarakn orang lain seperti ini.
“padahal kata bendahara kelasnya dia gapernah bayar kas.” Lanjutnya lagi yang membuatku sedikit penasaran mendengarkan perkataannya. Tidak heran jika temanku ini bisa tahu tentang kelas reno, karena dia lagi dekat dengan teman sekelas reno.
            Aku beranjak dari tempat duduk ku dan pergi kekelas reno. Aku tidak tahu ekspresi temanku tadi seperti apa, karena aku yang tiba-tiba pergi keluar kelas. Aku hanya ingin melihat apakah yang dikatakan temanku ini benar?, karena jika benar, mengapa reno tidak mengembalikan uang itu terlebih dahulu kepadaku dan kenapa dia malah membeli sepatu baru.
“cari siapa bi?” tanya salah satu teman reno , mungkin karena dia melihatku yang sedang mencari seseorang dikelasnya.
“reno? Udah datang?” tanyaku padanya.
“sudah kok, baru aja dia keluar kelas katanya sih mau ke kantin.” Jawab perempuan yang ada di depanku sambil menoleh ke jalan menuju kantin.
“tuh dia si reno” ucapnya lagi sambil menunjuk kearah reno yang sedang berjalan kearah kami.
“ oh iya, thanks ya.” Balasku
            Dan dia membalas dengan mengangguk dan tersenyum. Kemudian dia kembali masuk ke kelas.
 “reno.” Sapaku kepada reno yang baru saja mau memasuki kelasnya.
“eh, ada apa bi?” jawabnya sambil memakan makanan ringan yang ada ditangannya.
“mau nagih uang yang kamu pinjam .” Sudah kutebak dia pasti lupa telah meminjam uang kepadaku.
“loh iya,” jawabnya kaget
“jadi malu , sorry nih bi sebelumnya tapi uangnya belum ada” ucapnya sambil nyengir
“kan sudah kubilang, uang itu mau dipakai untuk bayar spp.” Jelasku mencoba memendam amarah dan membuatnya seperti berfikir.
“ya sudah, kalau sudah ada uangnya bisa langsung ke aku” ucapku pasrah sambil kembali menuju kelasku. Aku tidak peduli dia menjawab apa tadi. Cukup sudah, jika aku mendengarnya beralasan lagi sudah dipastikan amarahku tidak dapat ditahan. Aku tidak suka orang yang berbohong dan banyak alasan , apalagi tadi aku melihat sepatunya memang baru dan mahal.
            Sudah tiga hari setelah hari dimana aku menagih uangku. Bahkan dari hari kemarin hingga siang ini dia belum juga mengembalikan uangku. Tadi pagi kelasku jam kosong, seperti biasa teman-temanku memanfaatkan waktu jamkos ini dengan senang. Ada yang sibuk bermain hp, keluar kelas, tidur dikelas dan sebagian teman cewe? Sibuk membicarakan orang lain. Tapi tunggu, mereka membicarakan reno. Jangan salah faham dulu, aku tidak menguping pembicaraan tapi saat mereka membicarakan topik ini terdengar jelas di pendengaranku. Entah kenapa, mungkin karena jarak tempat duduk kita dekat.
            Aku memikirkan apa yang mereka bicarakan tadi pagi. Apa benar reno orangnya seperti itu berarti waktu dia pinjam uang padaku soal mamanya, itu semua hanya alasan dia saja. Lebih baik aku menanyakan kebenarannya. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan ke kelas reno. Kelas kita bisa dibilang dekat hanya berjarak satu kelas saja, aku sudah sampai ke kelasnya.
“reno” panggilku, kulihat dia sedang berbincang dengan temannya di depan kelas.
“eh,bi..” jawabnya, dia beranjak dari duduknya dan mendekat kearahku.
“uangnya belum ada, maaf ya” lanjutnya berbisik dengan menggaruk tengkuknya, sudah kuduga dia akan berbicara seperti ini.
“jujur saja ren, sebenarnya uang yang kamu pinjam waktu itu untuk apa?” jawabku sedikit kesal.
“maksudnya apaan! ya buat beli kado lah!” jawabnya menggunakan nada sedikit tinggi.
“jangan membuatku geram dengan sikapmu!, sudah banyak bukti jika kamu meminjam uang itu untuk membeli sepatu ini kan?” jariku menunjuk kearah sepatu barunya.
“jangan jangan kamu meminjam uang ke teman lainnya dengan cara seperti itu?! Jujur saja.”
Kulihat wajahnya terkejut, semenit kemudian wajahnya berubah menjadi muram.
“sorry ya bi, memang benar adanya aku meminjam uang mu untuk sepatu ini. Aku tidak memiliki cukup banyak uang untuk membeli ini. Bahkan ketika aku berusaha untuk mengumpulkan sisa uang jajanku, aku tidak bisa. Ingin rasanya aku meminta kepada orang tua ku, tetapi aku tau mereka lagi tidak memiliki banyak uang.” Kata dia membuat ku mencerna pembicaraannya
“dan sepatu yang aku pakai waktu itu sudah rusak, mungkin bisa dinyatakan tidak layak pakai” lanjutnya yang berhasil membuat hatiku tersentuh.
“seharusnya ren, kamu bilang kepadaku yang sejujurnya. Aku tidak akan marah jika kamu berkata jujur.” Kataku, ketika aku mengetahui penyebab yang sebenarnya.
“aku janji akan kembalikan uangmu, walaupun dengan cara mencicilnya sedikit demi sedikit.”
“kurasa gaperlu ren, aku sudah membayar spp. Aku juga mendapatkan uang saku tambahan dari ibuku, jadi tidak perlu memikirkan baigaman caranya kamu mengembalikan uang itu.” Kataku mencoba mencairkan suasana.
“engga bi bagaimanapun juga itu uang kamu.” Jawabnya meyakinkan.
“gaperlu ren, kita berteman kan?. Apakah aku salah jika aku ingin membantu temanku?”
“serius bi? Thanks ya, maaf atas kebohongan waktu itu.” Ucapnya tidak yakin.
“haha iya santai aja, lainkali kamu harus bersikap jujur.” Jawabku, sambil menepuk bahunya. Setelah itu aku pamit dan kembali ke kelasku.
            Setelah kejadian itu aku dan reno bisa dibilang akrab, dan lambat laun aku bisa memaafkan kebohongan yang telah dia buat. Yaa, aku lebih memilih mempertahankan pertemananku daripada sikap egoisku. Cuma karena uang 100ribu, kurasa aku bisa menabung dan mengumpulkannya dari sisa uang sakuku.



TERTIPU

Oleh : Megawati Ayu I ( 17 )

Haii...namaku Ayu. Saat ini aku kelas 11 di sebuah SMA Negeri di Krian. Disini aku tidak sendiri. Aku memiliki banyak teman dan sahabat. Della, Lia, Fira, Fitri, Mira, dan Difa adalah sahabat dekatku. Dengan mereka aku melewati hari-hariku di sekolah dengan senang, sedih, canda, dan tawa. Kita sering berkumpul bersama, bercerita bersama, dan membicarakan sesuatu yang terkadang tidak penting.
            Suatu hari ketika kita di laboratorium biologi, kita membicarakan hal yang sedang tren saat itu yaitu samyang. Samyang adalah sejenis mie yang pedas dari Korea. Masing-masing dari kita mengutarakan hal yang pernah kita coba maupun rasakan tentang samyang. Ketika salah satu dari kita berbicara atau bercerita yang lain mendengarkan. Ada yang membicarakan “samyang challenge” ada yang berbicara tentang berbagai rasa samyang yang baru. Ada juga yang bercerita tentang samyang dengan harga yang murah. Beberapa dari kita ada yang tertarik ingin membeli samyang tersebut. Setelah beberapa lama berbicara tentang samyang, arah pembicaraan pun berubah. Kita jadi membicarakan tentang online shop. Biasalah namanya juga cewek kalau cerita suka lari kemana-mana hehehe... . Lia bercerita bahwa dia dulu pernah membuat akun online shop di instagram. Tapi karena tidak berjalan lancar akhirnya Lia menutup online shop miliknya. Salah satu dari kita ada yang terbesit di pikirannya ingin membuat bisnis online shop bersama. Saat mendengarnya, yang lain pun setuju untuk berbisnis bersama. Setelah berbicara bisnis bersama, pembicaraan kita pun terhenti karena kita harus kembali ke kelas kita.
            Hari demi hari berlalu. Pembicaraan kita tentang bisnis bersama pun tak lagi kita bahas. Pembicaraan tersebut hanya sekedar lewat seperti angin. Mungkin kita semua lupa terhadap apa yang telah kita bicarakan. Namanya juga remaja yang masih labil hehehe... . Saat kita sedang berkumpul bersama, salah satu dari kita yaitu Difa melanjutkan pembicaraan yang telah kita lupakan dan hanya lewat seperti angin yaitu tentang bisnis bersama. Diam-diam ternyata Difa telah mencari online shop yang menjual samyang dengan harga murah. Kita pun tertarik. Kita berfikiran jika kita membeli samyang dengan harga yang murah ketika kita jual dengan harga yang standar kita bisa mendapat keuntungan yang lumayan. Di akun online shop tersebut banyak orderan dan juga banyak testi yang menandakan online shop tersebut dapat dipercaya. Akhirnya kita percaya bahwa itu online shop yang terpercaya. Tanpa berfikir panjang kita sepakat membeli samyang dari oline shop tersebut. Difa lah yang memesankan samyang dari online shop tersebut karena dia lah ahlinya.
            Keesokan harinya masing-masing dari kita membawa uang untuk ditransfer ke online shop tersebut. Kita pun bersemangat mentransfer uang tersebut. Setelah mentransfer Difa mengkonfirmasi ke online shop tersebut untuk mendapatkan no resi. No resi digunakan untuk mengecek barang yang kita pesan sampai dimana. Sembari kita menunggu barang kita datang , kita membuat akun online shop di instagram  untuk mempromosikan samyang kita. Melihat followers di online shop kita semakin hari semakin bertambah, kita juga semakin bersemangat menunggu samyang pesanan kita yang akan kita jual datang.
            Setelah lebih dari 2 minggu menunggu, kita semakin tidak sabar karena samyang pesanan kita tak kunjung datang. Lalu kita menyuruh Difa untuk menanyakan kepada online shop tersebut kenapa samyang kita belum datang juga. Saat Difa menanyakan kabar samyang kita, pesan Difa hanya dibaca saja dan tidak dibalas oleh akun online shop tersebut. Kita masih berfikiran positif mungkin owner dari online shop tersebut masih sibuk. Kita putuskan untuk menunggu lagi. Tanpa sepengetahuan yang lain Difa mencoba menelusuri apakah online shop tersebut gadungan atau tidak. Dia menemukan pelanggan dari online shop tersebut yang nasibnya sama dengan kita yaitu sudah mentransfer uang tapi barang belum datang juga. Tidak hanya satu pelanggan saja tapi lumayan banyak. Akhirnya Difa menceritakan kepada kita. Lalu kita mengecek bersama akun online shop tersebut. Anehnya akun online shop berubah yang awalnya samyang.id menjadi smahits.id. Disini kita tidak bisa berfikiran positif lagi kita merasa kalau kita semua sudah ditipu. Kita menjadi geram. Emosi kita meluap-luap. Kita saling menyalahkan satu sama lain. “kamu ini gimana sih katanya akunnya trusted kok jadi gini, kita jadi rugi kan” ungkap Della dengan emosi yang meluap-luap kepada Difa. Difa pun membela diri karena merasa bukan hanya dia yang salah. “aku kan juga nggak tau kalau akhirnya gini. Kita ditipu. Tapi kalian nggak bisa dong cuma nyalahin aku” bela Difa. Emosi kita masih meluap. Kita masih menyalahkan satu sama lain.
            Setelah beberapa lama, akhirnya emosi kita menurun. Kita mengintropeksi diri kita masing-masing. Kita berfikir bahwa bukan hanya salah Difa tapi salah kita semua karena terlalu langsung percaya dengan embel-embel kata murah. Kita menerima dengan hati yang lapang bahwa kita telah tertipu meskipun dalam hati masih ada benih-benih penyesalan. Namun kita berusaha untuk menerima kejadian ini dengan ikhlas. Juga dapat menjadi pelajaran kedepannya untuk tidak terlalu langsung percaya terhadap sesuatu apalagi dengan embel-embel kata ‘murah’. Demikian cerita yang kurang menyenangkan ini berakhir.



SEMANGAT MENOLAK MENYERAH

Oleh : M. ZINEDIN  Z. A. ( 18 )

            Sepak bola adalah suatu permainan bola yang dimana dimainkan oleh 2 tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang pemain inti dengan beberapa pemain cadangan.Sepak bola adalah sebuah olahraga yang bukan hanya tentang cara untuk memainkan bola saja,akan tetapi bagaimana juga cara mengespresikan ,menikmati,dan mennunjukkan sebuah permainan yang indah untuk dilihat dan dinikmati,sepakbola juga mengajarkan saya untuk tidak pantang menyerah,memiliki rasa tanggung jawab,kerja keras yang tinggi,dan terutama adalah rasa kekeluargaan yang ada didalam sebuah tim.
            Dari dahulu hingga sekarang aku bercita-cita ingin menjadi ingin menjadi pesepakbola yang terkenal akan tetapi saya merasa diriku tidak akan mungkin bisa mendapatkan itu semua karena dari segi fisik yang kurang mendukung membuat rasa ingin menjadi pemain sepak bola menjadi pudar.Saat itu aku sedang duduk dan sedang membayangkan menjadi pesepakbola yang terkenal tiba-tiba ayah menghampiriku
‘’Apa yang kau pikirkan kok dari tadi aku lihat melamun saja?’’tanya Ayah
‘’Tidak apa-apa kok yah’’jawabku
‘’sudahlah bilang saja’’.Jawab Ayah
‘’Iya Ayah aku sedang membayangkan bagaimana menjadi pesepakbola yang terkenal’’ Jawabku
‘’oh jadi itu yang sedang kamu pikirkan’’
‘’iya Ayah’’
Saat kelas 4 sd aku telah bergabung dengan SSB (Sekolah Sepakbola) tim itu mempunyai nama CAHAYA MUDA sejak saat itu aku sangat rutin berlatih,dan beberapa kali aku sering mengikuti banyak turnamen akan tetapi,tidak pernah sekali pun mendapat juara apalagi kemenangan.  Semangat untuk berlatih pun terasa kian menghilang.Pada waktu itu ada jadwal latihan tetapi aku tidak semangat untuk berlatih dan ayahku terheran karena tidak semangat seperti dulu.
‘’kenapa kamu kelihatannya tidak semangat untuk berlatih?.tanya ayah
‘’iya ayah aku aku tidak semangat seperti dulu lagi? Jawabku sambil berbicara pelan
‘’kenapa?.tanya ayah
‘’percuma yah aku berlatih tetapi tidak sekali pun aku mendapat juara’’.aku
‘’janganlah putus asa teruslah berlatih dengan rasa semangat menolak untuk menyerah’’.ayah
‘’iya yah aku akan ingat pesan ayah’’.jawabku dengan suara yang tegas.
Sejak saat itu aku ingat pesan ayah dan terus berlatih tanpa rasa lelah.Hingga pada waktu smp timku mengikuti MANDIRI LEAGUE turnamen ajang besar  yang diselenggarakan Oleh tim yang sangat besar dan terkenal AKADEMI REAL MADRID tidak sedikit  tim-tim hebat mengikuti pada ajang turnamen tersebut.Saat itu timku yang tergolong tim jelek atau kampungan tidak sama sekali minder malah lebih semangat untuk berlatih.Turnamen pun telah dilaksanakan beberapa tim telah bertanding pada saat itu timku melawan tuan rumah (Akademi Real Madrid) tim yang terkenal sangat kuat dan sulit untuk ditaklukkan saat pertandingan beberapa menit akan dimulai temanku yang bernama HAMZAH menghampiriku.
‘’apakah kita bisa menang?tanya hamzah
‘’bisa!.jawabku dengan rasa optimis
‘’tetapi lawan kita sangat hebat dan sulit untuk ditaklukkan’’.tanya hamzah
‘’semua bisa dikalahkan kecuali Allah dan orang tua kita harus yakin bahwa kita bisa’’jawabku
Pertandingan babak 1 dimulai tim tuan rumah menguasai jalannya pertandingan dan sempat beberapa kali mengancam pertahanan,saat itu timku beberapa kali mengancam dan aku sempat mencetak gol akan tetapi gol tersebut dianulir wasit karena berada diposisi offside.Pertandingan babak 1 selesai dengan skor kaca mata.Pertandingan babak kedua dimulai saat itu timku memakai strategi qounter attack (serangan balik) hasilnya positif timku mencetak gol yang disarangkan ke jala gawang tim tuan rumah oleh Hamzah kita pun berselebrasi bersama disudut lapangan.
‘’gooooooollllll’’sorak gembira dengan rasa senang yang sangat bernostlagia
Tak berselang lama temanku yang bernama Affan menggandakan skor dengan kedudukan 2-0    kita pun merayakannya kembali dengan rasa tidak percaya.Tim tuan rumah mengurung pertahanan timku pertandingan selesai akan tetapi skor masih tetap 2-0 dengan keunggulan timku.Sejak saat itu kepercayaan diri timku sangat kuat.Hebatnya hingga turnamen selesai timku tidak pernah sekali pun kalah.Namun sayang dalam turnamen tersebut timku tidak mendapat juara 1 tetapi juara 2 karena berada dibawah tim tuan rumah yang selalu menang dan hanya kalah sekali.Namun tak apa karena itu sudah pencapaian yang sangat gemilang.
Pengalaman tersebut tak akan kulupakan dalam hidupku sejak saat itu semangat berlatih terus berkobar didalam hati saya karena semangat menolak menyerah adalah kunci kesuksesan seseorang.

Aku, Dia, dan Dirinya

Oleh : Nadila Octaria M. ( 19 )

Hai, disini aku akan menceritakan tentang aku, dia, dan dirinya dalam sebuah kehidupan. Yang tak lain lagi adalah kehidupan pertemanan.  Sebelumnya aku akan memperkenalkan diriku, namaku adalah Clara, tepatnya itu nama panggilanku serta nama teman – temanku adalah Ashley dan Naya. Kita bertiga berteman sejak kita SD dan berlanjut sampai sekarang kita SMA dan kalau boleh jujur sebenarnya aku sudah bosan sama mereka tapi bagaimana lagi mereka adalah teman yang sebenarnya bukan teman yang baik saat ada yang diinginkan dan mereka baik. Bisa dikatakan mereka itu sahabat aku. Meskipun kadang kalanya kita bertengkar, saling mengejek, bertingkah layaknya anak kecil, dan masih banyak lagi.
Aku akan memperkenalkan karakter masing – masing temanku, tapi aku akan memperkenalkan karakterku terlebih dahulu, aku adalah orang yang keras kepala, tidak terlalau bijak, pakar masalah cinta, masih mementingkan ego, dan masih banyak lagi. Untuk Ashley, dia mempunyai karakter semaunya sendiri, meskipun dia baik banget sama kita semua, keras kepala tapi dia yang jadi penengah antara aku dan Naya. Untuk Naya dia mempunyai karakter cengeng, seperti anak kecil, dan sulit dinasehatin. Naya umurnya paling kecil diantara kita bertiga, Ashley dia paling tua dan aku adalah penengahnya jadi aku masih kecil, muda, dan unyu  - unyu. Kita tidak selalu kemana – mana bersama ada kalanya kita berpisah dan bermain dengan teman kita yang lain karna kita tidak berteman dengan tiga orang ini saja, kita juga satu organisasi yang sama, tapi tidak pernah satu kelas. Sekian perkenalan untuk aku, Ashley, dan Naya.
Aku akan menceritakan pertengkaran besar antara aku, Naya, dan Ashley saat masa SMP dimana kita masih berpikiran dangkal dan masih mementingkan ego masing – masing. Saat itu kita masih kelas 9, kelas di jenjang terakhir masa SMP. Waktu itu kita bertiga jarang sekali jalan bersama karena kita sudah sibuk dengan tugas – tugas sekolah dan persiapan untuk Ujian Nasional. Tapi aku bersyukur kita masih bisa meghabiskan waktu bersama dipulang sekolah dengan kita belajar bersama di tempat bimbingan belajar karena kita satu kelas di tempat bimbingan belajar tersebut. Setiap berangkat bimbingan belajar Naya selalu bersama Ashley, sedangkan aku berangkat sendirian. Aku tidak pernah berangkat dengan Naya ataupun Ashley.
Beberapa bulan kemudian aku dekat dengan temanku tetangga kelas, karena aku pergi ke tempat bimbingan belajar bersama dia, namanya Ayana. Aku dekat dengannya karena dia baik dan dapat memahami sifatku. Ayana seperti menggantikan tempat Ashley dan Naya sebagai sahabatku, yang tidak pernah menganggapku. Di tempat bimbingan belajar pun aku jarang bergurau dengan Ashley dan Naya, mereka akan bercerita denagn sendirinya dan aku hanya dianggap angin lalu dan pendengar yang baik.  Aku lebih nyaman bercanda dengan Ayana karena dia menganggapku ada, dia juga memberikan solusi dan nasehat kepadaku jika aku bercerita kepada dia tentang masalahku. Tapi aku tidak pernah bercerita tentang masalhku dengan kedua sahabatku karena aku tidak mau membuka aib pertemanan  kami.
Aku pernah mencoba untuk menghilangkan egoku dengan menceritakan masalahku kepada Ashley dan Naya karena aku tidak mau ada rahasia diantara kita bertiga dan ujungnya jika salah satu diantara kita mendapat maaalah kita tidak bisa membantu karena kita tidak mengerti masalah yang menimpa salah satu diantara kita. Saat itu Ashley memang memberiku solusi tapi tiba – tiba Naya menceletukkan sebuah rahasia mereka, aku pun bertanya, “ Ada apa ? “
 “ Gak ada apa- apa, hanya masalah temaku kok. “ Jawab Naya. Aku pun percaya dan mereka melanjutkan bercerita dengan hal – hal yang lucu aku pun juga ikut menimpali candaan mereka tapi lama – lama kau seperti kambing congek diantara mereka berdua.
Waktu menunggu guru datang, aku yang duduk tidak jauh dari mereka aku mendengar Naya berbicara. “ Gimana kabarnya sama si dia ?“ Kata Naya. Si Ashley menjawab dengan bercerita panjang lebar, maka dari itu aku dapat menyimpulkan bahwa Naya telah melakukan kebohongan yang sangat aku benci, karena jika sekali seseorang berbohong aku akan sulit percaya sama dia, meskipun orang tersebut hanya melakukan satu kali kebohongan. Aku tidak memaksa untuk Ashley dan Naya untuk terbuka kepadaku jika memang masalah itu sangat privasi, aku pun begitu jika masalah tersebut sangat privasi aku tidak akan menceritakan kepada mereka meskipun mereka teman baikku.
Mulai hari itu hubungan pertemanan kita merenggang dengan aku yang menjauhi mereka dengan pelan – pelan. Mereka selalu bertanya – tanya. “ Kamu kenapa ? kok sepertiya kamu menjauhi kita. ”
 “ Tidak, itu hanya perasaan kalian saja. ” Kata – kata itu yang selalu aku katakana pada mereka dan mereka percaya apa yang aku katakan. Beberapa minggu kemudian kita seperti orang yang tidak saling kenal dengan aku yang mendiamkan mereka, tidak dengan adanya interaksi diantara kita, baik itu bercanda, jalan bersama, atau lainnya. Aku tau aku egois tapi hatiku sudah telanjuer sakit dan kecewa dengan  mereka.
Di sekolah pun kita tidak bertegur sapa, saat ada kumpul organisasi kita juga tidak berbicara satu sama lain, dan yang parah waktu kita di tempat bimbingan belajar, kita seperti orang yang benar – benar asing, duduk berjauhan, perilaku kita seperti ‘ Kamu siapa aku ? Kita pernah kenal ya sebelumnya ? ‘ Aku juga sempat menyindir mereka melalui status di media sosial ( sosmed ) punyaku yang berisi, “ teman yang sebenarnya adalah teman yang selalu ada untuk temannya bukannya pilih teman yang lain dan yang lain cuma jadi nyamuk, situ yakin kalau situ temen yang real bukan yang fake, apa perlu kaca buat nyadarinnya ? hello nyadar mbak. “ Hal ini terjadi sangat lama sampai berbulan bulan.
Pada puncaknya saat sekolah kita pulang pagi dan kebetulan juga ada kumpul organisasi, Naya bertanya kepadaku, “ apa maksud kamu buat status seperti itu ? Aku dan Ashley ngebiarin kamu gak tanya macam – macam sama kamu, kita ingin kamu jujur sama kita tapi apa yang kamu lakukan kamu diam aja. Apa sih yang salah dari kita berdua ? “
 “ Kalian gak salah sama sekali, lagian aku waktu itu iseng aja ingin buat status seperti itu. “ Jawabku. Naya menimpali perkataanku, “ kamu bohong Clara, kenapa kamu gak jujur sama kita. Kamu bicara jangan diam aja, mana kita tahu kalo kita salah. “
“ Mungkin kita masih butuh intropeksi diri buat tahu apa maksut aku di status. “
“ Tapi kalo kamu diam aja ya percuma gak akan bisa menyelesaikan maslah, yang ada masalah semakin bertambah. “ Naya menjawab dengan nada yang membentak, aku ikut emosi, “ ya biasa aja nada kamu, yang seharusnya intropeksi itu kamu sama Ashley, kalian salahnya apa ingat – ingat, jangan cuma menyalahkan aku. “
 “ Tapi kamu juga salah Clara, seharusnya kamu bicara sama kita juga kita salah apa.“ Naya menjawab dengan nada yang agak lembut tidak seperti sebelumnya.
“ kamu mau tahu apa yang aku rasain selama ini sama kalian ? “
“ ya kami ingin tahu. “ Jawab Ashley
“ Kami tidak ingin pertemanan kita merenggang, kita juga sudah kelas 9 seharusnya kita harus fokus ujian dan tes masuk SMA. “ Sahut Naya
“ Apa kalian ingat saat kita di bimbingan belajar, waktu Naya nyeletuk ‘gimana hubunganmu sama si dia’ , dan saat aku tanya ada apa kalian bilang tidak ada apa – apa, tapi kenyataanyya apa. KALIAN BERBOHONG sama aku, ada yang kalian sembunyikan dari aku tentang hubungan Ashley dengan si dia yang dimaksud Naya, kalian tahu AKU SAKIT HATI SAMA KALIAN, AKU KECEWA DENGAN KALIAN YANG MENUTUPI KEBOHONGAN ITU KALIAN BERBICRA TIDAK ADA APA – APA PADAHAL ADA, aku juga tidak memaksa jika itu memang bener - bener privasi tapi kenapa kamu Ashley hanya cerita  kepada Naya, apa aku tidak kamu anggap teman, apa kamu tidak percaya sama  aku, jika ada yang tanya, ‘ eh Clara apa si Ashley temen kamu itu lagi deket sama si dia? Aku jawabnya gak tahu terus langsung dia nyahut, gimana sih kamu katanya teman tapi kok kayak gak tahu apa – apa? ‘ Kalo gitu aku harus gimana aku merasa kayak kambing congek tahu gak diantara kalian. Kayak ‘ kamu emang teman si Ashkeys ama si Naya, tapi kok kamu gak tau apa – apa tentang mereka, apa yang lagi panas - panasnya tentang mereka ‘. Sakit tahu gak kayak gitu itu, aku capek kayak gini terus, aku juga mikir gimana menyelesaikan masalah ini, tapi aku gak bisa menghilangkan ego aku yang sudah kalian sakitin… hiks…hiks…hiks.” Aku meluapkan semua emosiku, rasa sakit hati dan kecewaku.
“ Ya ampun kita berdua gak pernah berpikir seperti itu kita percaya sama kamu, kita menganggap kamu temen Clara, tapi memang itu rahasia Ashley, dia masih belum mau buka rahasia itu ke kamu, karena dia tahu kamu suak sam si dia juga, kamu naksir si dian juga, kita hanya menjaga perassaan kamu Cla. Asal kamu tahu aku juga sedih lihat kamu yang ngejaiuhin kita, kamu yang kayak gak kenal sama kita, kamu yang beda gak kayak dulu.” Jawab Naya sambil nangis.
“ Kita udah berusaha buat diamin kamu biar kamu cerita Cla, kita gak pingin kamu sakit hati, kita berdua saying sma kamu Cla, aku udah anggep kamu keluarga aku.“ jawab Ashley.
Setelah aku merasa tenang, kita bertiga pergi ke taman sekolah buat menyelesaikan masalah kita dengan kepala dingin. “ Aku akan jelasin kesalahpahaman kamu. Sebenarnya aku udah chat sama si dia terus aku cerita ke Naya buat maslaah si dia yang terus chat aku padahal aku bilang ke dia ‘ jangan chat aku, kita cukup jadi temen aja gak lebih. ‘ tapi dia gak pernah berhenti chat aku lalu aku cerita ke Naya buat menyelesaikan masalah si dia karena kalau aku cerita ke kamu secara gak langsung kamu akan sakit hati. Waktu aku cuek ke kamu aku ingin dengan sendirinya kamu cerita ke aku masalah kamu, aku ingin kamu terbuka sama kita. Sebenarnya aku agak kecewa dengan kamu cerita masalah kamu  ke Ayana kayak kamu itu gak percaya sama kita juga .” jelas Ashley
“ Aku minta maaf Cla udah buat kamu sakit hati, udah tertutup sama kamu meskipun itu buat kebaikan kamu.” Sahut Naya
“ Aku juga minta maaf udah nyuekin kalian, maaf juga hanya karena maslah ini kita jadi renggang gara – gara egoku yang masih tinggi dan aku masih belum bisa berpikir dewasa. Maaf udah gk cerita ke kalian malah cerita ke Ayana. Sebenarnya aku udah gak ada rasa apa –apa lagi sma si dia kok “ jawabku “ oke berarti kita udah baikan yaa janagn bertengkar bertengkar lagi, okeee .” lanjut Ashley “ aku sayang kalian semua “ jawab kita bertiga bersamaan secara tidak sengaja.
Itulah kisah pertemananku dengan kedua temanku, memang dalam pertemanan tidak pernah aku selalu ada saja masalahnya, bahkan sampai sekarang kita masih melakukan diam – diaman tapi tidak lama hanya beberapa jam, lalu kita kembali bercanda lagi. Terbukalah sama teman kalian, berceritalah jika ada yang mengganjal di hati kalian tentang sebuah masalah, percayalah jika dia memang teman mu yang sebenarnya bukan yang datang disaat senang saja maka dia akan membantu kamu melewati masalahmu dan memberi kamu jalan keluar dari masalahmu.




Komentar