SEPEDA UNTUK PUTRIKU TERCINTA
Oleh : Khusnul A. S. ( 14 )
Saat itu hujan deras , Fina dan
Ayah Fina sedang bertengkar. Fina ingin sepeda seperti milik teman-temannya di
sekolah tetapi Ayah Fina tidak punya uang. Sikap Fina yang keras kepala dan
manja membuat ayah Fina harus ekstra sabar menghadapinya.
“pokoknya aku harus punya sepeda besok
titik!” Fina membanting piring ke lantai . Ayah Fina hanya bisa sabar, karena
ia merasa semuanya yang diminta Fina harusnya bisa ia turuti namun apalah daya
keadaan yang tak memungkinkan. Pagi itu pukul 06:00 Fina pergi ke sekolah
diantar ayah Fina dengan motornya. Fina cemberut melihat ayahnya , karena Fina
merasa ayahnya tidak sayang kepada Fina apa salahnya dengan membeli sepeda?
Tidak terlalu mahal kan?
“ayah , intinya besok harus ada
sepeda.” Tegas Fina.
“iya ayah usahakan ya Fin, kamu jangan
cemberut gitu dong.” Ayah fina merayu fina. Fina hanya membalas dengan wajah
benci dan cemberut. Sesampainya di sekolah Fina melihat teman-temannya menaiki
sepeda bersama-sama. Ayah Fina terenyuh melihat ekspresi putrinya. Sangat
menyedihkan hanya sepeda saja ia tak mampu membelikan untuk putrinya?
“Maafkan ayah nak , ayah janji akan
berusaha lebih keras agar bisa membelikanmu sepeda.” Batin ayah Fina.
Setelah mengantar Fina , ayah Fina
mencari cara agar ia bisa mendapatkan uang yang banyak. Ia bertemu dengan Maya
, adik istrinya.
“mas , kok disini? Gak kerja?” Maya
penasaran karena kakak iparnya terlihat sedih.
“aku sebenarnya dipecat dua bulan yang
lalu dan sekarang aku bekerja sebagai kuli bangunan, ya uangnya hanya cukup
untuk makan saja, sedangkan kebutuhan Fina masih banyak dan belum lagi keinginannya
lainnya aku bingung may harus gimana.”
Maya terenyuh mendengar cerita dari
kakak iparnya itu, maya mulai berfikir pekerjaan apa yang bisa ia berikan
kepada kakak iparnya itu.
“mas , aku sih gabisa ngasih pekerjaan
ke kamu tapi aku tau kerja apa yang tidak terlalu ribet.”
“apa?” ujar ayah fina
“kamu jadi ojek online aja, lumayan
loh kamu bisa bagi waktu kamu buat kerja jadi ojek dan jemput Fina , gimana?”
“oh gitu ya yauda lah aku coba makasih
ya may , kamu adikku yang sangat baik.”
“iya mas sama-sama.”
Maya sangat kagum kepada kakak iparnya
, walaupun Fina sangat manja dan sering merepotkan ayahnya tetapi Ia tetap
bekerja keras untuk Fina. Andai Fina tau , mungkin hatinya tidak akan sekeras
ini seolah-olah melihat ayahnya adalah ayah yang tak berguna baginya.
Pagi itu ayah Fina menjadi kuli
bangunan. Ia bekerja untuk membangun rumah seorang saudagar. Matahari mulai
menyengat dan perlahan-lahan membakar
kulit. Tapi semangat ayah fina mencari uang untuk sepeda tak surut karena
matahari, ternyata ia mendapat uang 300 ribu saja. Uang itu belum setengah dari
harga sepeda yang diinginkan Fina. Ayah fina pun menjadi gojek , karena bantuan
temannya dan maya ia bisa menjadi gojek.
Banyak penumpang yang memesan ia, ia
sangat senang dan ia sangat berharap ia mendapat uang agar bisa membelikan fina
sepeda. Malam itu hujan deras, ayah fina sudah mengumpulkan banyak uang,
penghasilan hari itu 500 ribu ditambah dengan uang simpanannya. Harga itu sudah
setengah dari harga sepeda yang diinginkan Fina. Iapun pergi ke toko sepeda dan
ia membeli sepeda yang diinginkan Fina. Sepeda bewarna merah muda , sangat
cantik .
“pak saya beli ini ya.”
“iya , harganya 1 juta pak.”
“pak kalo saya bayar setengahnya
bagaimana?”
“waduh gabisa pak.”
“ayolah pak saya mohon , sepeda ini
untuk anak saya .”
“nggak bisa pak , sepeda ini memang
segitu harganya dan tidak bisa dicicil.”
“saya tambahin jam tangan saya deh pak
, sama cincin pernikahan saya , tolong ya pak.”
“masih kurang ini pak.”
Ayah fina mulai putus asa, ia pun
pergi dari toko itu, ia pun berusaha mencari pinjaman ke bank , ia berlari
dibawah hujan menuju bank. Iapun mendapatkan pinjaman tersebut. Di sisi lain
Maya membeli sepeda itu untuk Fina , ia
ingin membantu kakak iparnya .ia tak tega kakak iparnya seperti itu. Ayah fina
pun kembali ke toko tersebut betapa terkejutnya ia, maya ada disana.
“loh maya?”
“mas ini sepeda untuk Fina , kamu
gausah jual cincin pernikahan kamu ya , kakakku pasti sedih kalo kamu jual
cincin kamu.”
Ayah Fina sangat senang karena ia bisa
membawa pulang sepeda yang diinginkan Fina.
“may kamu bisa gak bawa sepeda ini
pakek mobil kamu? Aku masih ada satu Pekerjaan nih.”
“iya mas, aku ke rumah ya.”
Hujan semakin lebat , ayah Fina kembali
menuju ke kontruksi bangunan tempat ia bekerja. Tiba-tiba petir menyambar di
antara bangunan kontruksi yang menyebabkan bangunan tersebut ambruk dan
mengenai tubuh ayah fina. Beruntung ayah fina masih selamat namun kondisinya
sangat kritis. Melihat kejadian itu para pekerja kontruksi tersebut segera
membawa ayah fina ke rumah sakit terdekat. Dalam hatinya, ayah fina sangat lega
bisa membelikan sepeda untuk Fina.
Saat dirumah , fina sangat senang
karena tantenya membawakan sepeda untuk Fina .
“Fin, ini dari ayah kamu loh kamu suka
kan?”
“suka kok, tante ayah mana?”
Tiba-tiba hp maya berbunyi dan ia
mendapat kabar jika kakak iparnya kritis di rumah sakit karena tertimpa bahan
kontruksi yang jatuh. Fina berteriak dan tidak mungkin ayahnya bisa celaka.
Fina sangat menyesal karena sikapnya yang tidak menghormati ayahnya. Disaat
ayahnya sakit fina sadar atas kelakuan yang dibuatnya dan berjanji akan menjadi
pribadi yang lebih baik lagi.
Di Tepi Pantai Senja
Karya : Lukman Khakim ( 15 )
Di tepi
pantai, seorang pria berdiri menghadap ke arah lautan. Mata itu memandang ombak
yang bergulung, seakan mengenang ombak hidup yang ia lalui. Bagai desiran ombak
yang berbuih, kenangan masa lalu memburai dari matanya, terperangkap dalam
pikirnya.
*******
“ctak”
suara spidol mengenai bahu Bara, seorang siswa di SMP Pelita, disertai dengan
gelak tawa siswa sekelas tentunya. “Semuanya diam! Bara kenapa kamu melamun?
Apakah kamu mendengar materi yang saya ajarkan?” bentak Pak Agus. “Maaf Pak
saya tidak memperhatikan karena...” “Sudah! Kamu tidak usah banyak alasan! Kamu
maju ke depan, berdiri sampai bel pulang berbunyi!”. Dengan sedikit jengkel
Bara maju ke depan kelas. Kejengkelannya bukan karena hukuman yang ia terima,
tetapi karena Pak Agus tak mau mendengar penjelasannya. Hingga bel pulang
berbunyi, Bara kembali ke bangkunya dan bergegas pulang. "Bara kenapa kamu
terburu buru? Kawan-kawan mau main voli, ayo ikut.” Ajak Bayu, teman karib
Bara. “Maaf Bay, aku pulang dulu, Bapak sakit.’ Jawab Bara sambil berlari. Dari
sekolah, ia mengendarai motor dengan cepat, menuju rumah sakit.
Sesampainya
di rumah sakit, Bara memarkir sepeda motor, lalu bergegas masuk. “Bu permisi,
pasien bernama Indra dipindah di mana ya? Tadi saya cari kok tidak ada.” Tanya
Bara ke petugas pusat informasi. “Bapak Indra dipindahkan ke ruang ICU di lantai
dua mas”. “Baik bu terimakasih”. Bara bergegas pergike ruag ICU dengan bingung.
“Ruang ICU? Apa yang terjadi dengan bapak sampai dipidahkan ke ruang ICU?”
pikirnya gundah.
Ketika
tba di depan ruang ICU, Bara melihat kakaknya Desi, bersama Bibi dan Pamannya.
“Kak, ada apa dengan bapak? Kenapa Ia sampai dipindah ke ruang ICU?” cecarnya.
“Bapak dari pagi sampai siang kayak orang linglung dek, matanya melek, tapi kalau diajak ngomong tidak
nyambung, dan kata bapak badannya panas.” Kata kak Desi dengan sedikit terisak.
Barapun bingung, juga sedih. Bapaknya masuk ke rumah sakit karena komplikasi,
dan sekarang masuk ICU. Saat ia hendak memasuki ruang tersebut, ia dicegah oleh
Bibi. “Jangan Bara, di dalam sudah ada kakmu Yuni sama Ibumu, yang boleh masuk
hanya dua orang penjenguk.”. Bara pun mengurungkan niatnya dan duduk di kursi
koridor. Tidak lama kemudian Bara melihat Ibu ke kamar mandi sambil membawa
handuk. Beberapa saat setelah Ibu masuk ke kamar mandi, Kak Yuni keluar dengan
wajah tegang lalu berteriak. “Bapak sudah tidak ada!” tubuh kak Yunipun rebah
di tanah baai kehilangan tenaga. Teriakan itu langsung direspon oleh mereka
semua, termasuk Ibu yang di kamar mandi cepat-cepat keluar. Bara sungguh
terpukul, pilu hatinya, bergetar tubunya, dan meleleh air matanya saat
mendengar teriakan kakaknya. Sementara Ibu tidak kalah dahsyat kesedihan yang
ia rasakan. Bagai dibelah, sesuatu seakan raib dari dadanya, dan ia pun
menangis sekeras-kerasnya. Tidak lama kemudian Ibu pingsan. Mereka pun segera
menolong ibu, memindahkannya di atas tikar dan berusaha membangunkannya. Ibu
akhirnya sadar, Bibi dan Paman segera menyiapkan segala keperluan agar mayat
Bapak secepatnya dibawa ke rumah.
***
Mayat
Bapak dimandikan dan dimakamkan malam itu juga. Bara juga ikut memandikan, dan
mengantarkan Bapak sampai ke pemakaman. Mata yang nanar itu, tidaklah sanggup
membendung air mata mengalir, membasahi pipinya hingga pemakaman itu. Selama
air mata itu mangalir, bara bagai membeku bersama waktu. Tidaklah ia dapat
merasakan hal lain selain kesedihan.
***
“Hai
Bar” sapa Bayu kepada Bara yeng sedang termenung di bangkunya. “Bar, aku turut
berduka atas ketiadaan Bapakmu. Akan tetapi, janganlah kau menghabiskan waktumu
untuk terus merenungi yang lalu.”. “Merenungi yang lalu katamu? Kau
mengatakannya karena kau belum merasakannya Bayu, kau belum merasakannya!”
bentak Bara sambil mengeja. “Aku mengerti Bara, aku belum merasakannya, belum
mengaaminya! Tetapi ketahuilah, dunia yang ita pijak ini hanyalah panggung,
tidak lebih. Dan engkau, aku, bapakmu, ibumu, saudaramu, dan semuanya hanyalah
tokoh, kita hanyalah tokoh! Dan jika kau ingin menjadi pemain yang baik, kau
harus melakukan apa kata sutradara, Tuhanlah sutradaranya Bara! Jadi isilah
waktumu dengan hal yang berguna, jangan biarkan waktumu membeku dalam
perenungan yang sia-sia!” kata Bayu berapi-api. “Oh begitu, jadi jika bapakmu,
ibumu, atau saudaramu mati, kau akan bersikap seolah tak terjadi apa-apa dan
mengatakan padaku bahawa mereka hanyalah tokoh, begitukah Bayu?” kata Bara, jengkel.
Bayu terdiam, Bara yang tak kunjung mendapat jawaban beranjak dari sana, tetapi
Bayu segera menyahut. “Mungkin aku tidak bisa bersikap seolah tidak terjadi
apa-apa, tetapi aku akan berusaha melakukannya.” Jawab Bayu. Bara yang
mendengar kalimat itu berhenti sejenak, kemudian meanjutkan langkahnya.
***
Kini
di tepi pantai, Bara seorang diri bersandar di bawah pohon kelapa, dengan
kepala yang tertelungkup diantara kaki yang disilangkan. Di sana, Ia menangis
sekeras-kerasnya, tanpa seorangpun mendengarnya. Kecuali seseorang yang menepuk
pundaknya dari samping. "Hai Bar" sapa Bayu. "Apa yang kau
lakukan di sini hah? Apa kau masih ingin mengatakan dunia ini sandiwara"
cerca Bara sambil masih terisak. "Maafkan aku Bara, aku sebenarnya hanya
ingin kamu tidak sedih terus menerus". "Lalu apa yang kau lakukan di
sini?" tanya Bara. Aku hanya mau menasehatimu Bara". "Menasehati
apa?" tanya Bara lagi. "Bahwa jika kau besedih terus menerus, kau
akan memberatkan bapakmu di sana. Bukankah kau tahu Bara, bahwa jika seorang
anak melakukan dosa maka orang tua juga menanggung dosanya, dan jika seorang
anak melakukan kebaikan maka orang tuanya juga akan menerima imbalannya. Maka
isilah waktumu dengan kebaikan, agar bapakmu bahagia di sana. Serta ketahuilah
Bara, bahwa kerikil yang kau injak sekarang hanyalah kerikil kecil, jalan ini
masih panjang, masih banyak kerikil yang akan kau injak, kuatkanlah hatimu
Bara!". Bara yang mendengar perkataan Bayu termenung sejenak. "Kau
benar Bayu.", Barapun berdiri tegap, seakan menantang ombak di hadapannya.
Ia biarkan rambutnya yang lebat diuraikan angin. Sedangkan sorot mata itu,
nampak sayu namun tajam, bagai mengusir kesedihan yang menghinggapinya.
"Biarlah ombak ini menderu, hingga habis kikis raga ini, tetapi aku yakin,
akan semakin kuat jiwa ini untuk menghadapi ombak yang lebih dahsyat, juga
lebih sunyi!"
*******
Pria
itu kini masih berdiri menghadap lautan yang bergelombang. Hingga seorang kawan
menghampirinya sambil berkata. "Apa yang kau lakukan di sini Bara?".
"Sedang mengingat sesuatu yang menyadarkan pemikiranku." jawab Bara.
"Apa itu Bara?". Barapun menjawab tanpa menoleh "Bahwa kita
hanyalah debu dihempaskan deru angin-Nya."
SOLIDARITAS
TANPA BATAS
Oleh : M. Minhaj
Awabi ( 16 )
Pagi ini cuaca begitu cerah dan
indah , walaupun aku bangun kesiangan dan telat masuk kesekolah. Yap, aku masih
duduk di bangku sekolah. Namaku abi aku bersekolah di SMAN 1 KRIAN lebih
tepatnya aku kelas 11 ipa 7. Mungkin kalian lebih tahu dengan sebutan SMANIKA.
Aku bukan tipikal orang yang suka memilih-milih
teman, jadi bisa dibilang cukup banyak orang yang berteman denganku disekolah.
Menurutku, memiliki banyak teman itu bisa membuatku mengerti berbagai macam
sifat teman-temanku. Dan menurutku solidaritas dalam pertemanan itu lebih
penting daripada apapun, aku memasukkan prinsip itu kedalam hidupku. Aku sudah
memiliki beberapa pengalaman tentang berbagai sifat temanku. Mulai dari temanku
yang hanya memanfaatkanku menjadi teman yang benar-benar selalu ada untukku.
####
Waktu sudah menunjukkan pukul 10
pagi itu tandanya jam istirahat dimulai. Aku tidak bisa membayangkan betapa
ramainya suasana kantin disekolahku. Jadi, aku memutuskan untuk dikelas saja
dengan teman-temanku yang mempunyai pemikiran yang sama. Lagipula hari ini aku
membawa bekal makanan. Ketika kami asik bercanda tiba-tiba salah satu teman
satu sekolahku datang menghampiriku. Dia bernama reno.
“Abi...” panggilnya
membuatku mengalihkan perhatian kearahnya.
“Bisa kita bicara sebentar ?.” Lanjutnya.
“yaps, sekarang?”
jawabku sedikit bingung.
“iyaa..” jawabnya
sambil berlalu dari hadapanku, dan aku mengikuti di belakangnya.
Ia berhenti tepat di dekat pohon
beringin, kebetulan sekali tempat duduk yang biasanya ramai sekarang sepi.
Mungkin mereka yang biasanya duduk disitu sedang tidak ingin keluar kelas. Aku
tidak mengerti apa yang akan dia bicarakan sampai kita harus kesini untuk
berbicara berdua.
“Bi, minta tolong
boleh?” ucapnya tanpa basa-basi, ya aku juga tidak suka dengan hal yang
membuang-buang waktu ku.
“apaan?”
“aku mau pinjam uang,
boleh ga?” jawabnya sedikit ragu.
“buat?” jawabku dengan
ekspresi bingung.
“buat itu hm..”
jawabnya sambil berfikir.
“to the point please.”
Sebenarnya aku cukup curiga dengan
reno. Tidak biasanya dia meminta tolong padaku. Mungkin karena kelas kita berbeda
atau mungkin karena faktor lain.
“uang itu buat...”
ucapnya masih terlihat berfikir. Ah tidak ini cukup membuang waktuku.
“ buat beli kado
mamaku” lanjutnya.
“oh, mamamu ulang
tahun?” tanyaku lebih jelas.
“emang mau beli kado
apa?” lanjutku.
“ belum tahu nih ,
masih bingung.”
Untuk beberapa saat aku diam dan
berfikir. Haruskah aku meminjamkannya atau tidak. Ini bukan masalah aku tidak
memiliki uang atau aku tidak mau meminjami nya. Hanya saja batinku meragukan
reno saat ini. Tapi jika memang benar mamanya berulang tahun, betapa jahatnya
diriku yang sudah membatalkan niat baiknya hanya karena aku meragukannya.
“emang butuh berapa?”
tanyaku, berusaha untuk membuang jauh-jauh keraguanku.
“boleh nih?, 100ribu
ada?” tanyanya sedikit terlihat senang.
Cukup terkejut aku mendengarnya.
Sebanyak itukah yang dia butuhkan?. Tapi pada akhirnya aku merogoh saku
celanaku dan memberikan uang 100ribu kepadanya.
“oh iya ren, minggu
depan usahakan uangnya kembali. Soalnya ini uang buat bayar spp.” Ucapku.
“jangan khawatir bi ,
minggu depan kan?, thanks ya” jawabnya sambil menepuk bahuku dan berlari
meninggalkan tempat ini. Aku pun ikut beranjak kembali ke kelas karena bel
setelah istirahat pun berbunyi.
####
Satu minggu pun berlalu dan satu
minggu itu juga aku tidak pernah melihat reno. Sebenarnya aku dan reno bukanlah
teman dekat dan kita tidak satu kelas ,itulah sebabnya aku dan dia jarang
berbincang ataupun bertegur sapa.
Tapi bukan berarti aku lupa dengan
uang itu, karena memang aku benar benar membutuhkannya untuk bayar spp. Aku
berencana untuk mengingatkan dan meminta uang tersebut besok pagi, mungkin dia
lupa kalau dia meminjam uang padaku.
Pagi hari , aku tidak biasanya
datang se pagi ini. Teman sekelasku pun belum banyak yang datang.
“pagi bi, tumben
berangkat pagi?” tanya salah satu teman cewek dikelasku
“pagi juga, haha tau
nih lagi pingin berangkat pagi” jawabku seadanya.
Aku duduk ditempat dudukku sambil
memikirkan bagaimana caranya aku berbicara kepada reno nanti. Sambil berfikir
tiba-tiba teman sebangku ku datang dan menepuk bahuku.
“woy bro, masih pagi
jangan melamun.” Ucapnya yang berhasil membuatku kaget.
“haha ngasal banget
siapa yang melamun?” jawabku mengelak.
“bi ngerti ga, katanya
si reno punya sepatu baru dan denger denger sih mahal.” Aku diam tidak
menanggapi karena sejujurnya aku tidak suka membicarakn orang lain seperti ini.
“padahal kata
bendahara kelasnya dia gapernah bayar kas.” Lanjutnya lagi yang membuatku
sedikit penasaran mendengarkan perkataannya. Tidak heran jika temanku ini bisa
tahu tentang kelas reno, karena dia lagi dekat dengan teman sekelas reno.
Aku beranjak dari tempat duduk ku
dan pergi kekelas reno. Aku tidak tahu ekspresi temanku tadi seperti apa,
karena aku yang tiba-tiba pergi keluar kelas. Aku hanya ingin melihat apakah yang
dikatakan temanku ini benar?, karena jika benar, mengapa reno tidak
mengembalikan uang itu terlebih dahulu kepadaku dan kenapa dia malah membeli
sepatu baru.
“cari siapa bi?” tanya
salah satu teman reno , mungkin karena dia melihatku yang sedang mencari
seseorang dikelasnya.
“reno? Udah datang?”
tanyaku padanya.
“sudah kok, baru aja
dia keluar kelas katanya sih mau ke kantin.” Jawab perempuan yang ada di
depanku sambil menoleh ke jalan menuju kantin.
“tuh dia si reno”
ucapnya lagi sambil menunjuk kearah reno yang sedang berjalan kearah kami.
“ oh iya, thanks ya.”
Balasku
Dan dia membalas dengan mengangguk
dan tersenyum. Kemudian dia kembali masuk ke kelas.
“reno.” Sapaku kepada reno yang baru saja mau
memasuki kelasnya.
“eh, ada apa bi?”
jawabnya sambil memakan makanan ringan yang ada ditangannya.
“mau nagih uang yang
kamu pinjam .” Sudah kutebak dia pasti lupa telah meminjam uang kepadaku.
“loh iya,” jawabnya
kaget
“jadi malu , sorry nih
bi sebelumnya tapi uangnya belum ada” ucapnya sambil nyengir
“kan sudah kubilang,
uang itu mau dipakai untuk bayar spp.” Jelasku mencoba memendam amarah dan
membuatnya seperti berfikir.
“ya sudah, kalau sudah
ada uangnya bisa langsung ke aku” ucapku pasrah sambil kembali menuju kelasku.
Aku tidak peduli dia menjawab apa tadi. Cukup sudah, jika aku mendengarnya
beralasan lagi sudah dipastikan amarahku tidak dapat ditahan. Aku tidak suka
orang yang berbohong dan banyak alasan , apalagi tadi aku melihat sepatunya
memang baru dan mahal.
Sudah tiga hari setelah hari dimana
aku menagih uangku. Bahkan dari hari kemarin hingga siang ini dia belum juga
mengembalikan uangku. Tadi pagi kelasku jam kosong, seperti biasa teman-temanku
memanfaatkan waktu jamkos ini dengan senang. Ada yang sibuk bermain hp, keluar
kelas, tidur dikelas dan sebagian teman cewe? Sibuk membicarakan orang lain.
Tapi tunggu, mereka membicarakan reno. Jangan salah faham dulu, aku tidak
menguping pembicaraan tapi saat mereka membicarakan topik ini terdengar jelas
di pendengaranku. Entah kenapa, mungkin karena jarak tempat duduk kita dekat.
Aku memikirkan apa yang mereka
bicarakan tadi pagi. Apa benar reno orangnya seperti itu berarti waktu dia
pinjam uang padaku soal mamanya, itu semua hanya alasan dia saja. Lebih baik
aku menanyakan kebenarannya. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan ke
kelas reno. Kelas kita bisa dibilang dekat hanya berjarak satu kelas saja, aku
sudah sampai ke kelasnya.
“reno” panggilku,
kulihat dia sedang berbincang dengan temannya di depan kelas.
“eh,bi..” jawabnya,
dia beranjak dari duduknya dan mendekat kearahku.
“uangnya belum ada,
maaf ya” lanjutnya berbisik dengan menggaruk tengkuknya, sudah kuduga dia akan
berbicara seperti ini.
“jujur saja ren,
sebenarnya uang yang kamu pinjam waktu itu untuk apa?” jawabku sedikit kesal.
“maksudnya apaan! ya
buat beli kado lah!” jawabnya menggunakan nada sedikit tinggi.
“jangan membuatku
geram dengan sikapmu!, sudah banyak bukti jika kamu meminjam uang itu untuk
membeli sepatu ini kan?” jariku menunjuk kearah sepatu barunya.
“jangan jangan kamu
meminjam uang ke teman lainnya dengan cara seperti itu?! Jujur saja.”
Kulihat wajahnya
terkejut, semenit kemudian wajahnya berubah menjadi muram.
“sorry ya bi, memang
benar adanya aku meminjam uang mu untuk sepatu ini. Aku tidak memiliki cukup
banyak uang untuk membeli ini. Bahkan ketika aku berusaha untuk mengumpulkan
sisa uang jajanku, aku tidak bisa. Ingin rasanya aku meminta kepada orang tua
ku, tetapi aku tau mereka lagi tidak memiliki banyak uang.” Kata dia membuat ku
mencerna pembicaraannya
“dan sepatu yang aku
pakai waktu itu sudah rusak, mungkin bisa dinyatakan tidak layak pakai”
lanjutnya yang berhasil membuat hatiku tersentuh.
“seharusnya ren, kamu
bilang kepadaku yang sejujurnya. Aku tidak akan marah jika kamu berkata jujur.”
Kataku, ketika aku mengetahui penyebab yang sebenarnya.
“aku janji akan
kembalikan uangmu, walaupun dengan cara mencicilnya sedikit demi sedikit.”
“kurasa gaperlu ren,
aku sudah membayar spp. Aku juga mendapatkan uang saku tambahan dari ibuku,
jadi tidak perlu memikirkan baigaman caranya kamu mengembalikan uang itu.”
Kataku mencoba mencairkan suasana.
“engga bi bagaimanapun
juga itu uang kamu.” Jawabnya meyakinkan.
“gaperlu ren, kita
berteman kan?. Apakah aku salah jika aku ingin membantu temanku?”
“serius bi? Thanks ya,
maaf atas kebohongan waktu itu.” Ucapnya tidak yakin.
“haha iya santai aja,
lainkali kamu harus bersikap jujur.” Jawabku, sambil menepuk bahunya. Setelah
itu aku pamit dan kembali ke kelasku.
Setelah kejadian itu aku dan reno
bisa dibilang akrab, dan lambat laun aku bisa memaafkan kebohongan yang telah
dia buat. Yaa, aku lebih memilih mempertahankan pertemananku daripada sikap
egoisku. Cuma karena uang 100ribu, kurasa aku bisa menabung dan mengumpulkannya
dari sisa uang sakuku.
TERTIPU
Oleh : Megawati Ayu I ( 17 )
Haii...namaku
Ayu. Saat ini aku kelas 11 di sebuah SMA Negeri di Krian. Disini aku tidak
sendiri. Aku memiliki banyak teman dan sahabat. Della, Lia, Fira, Fitri, Mira,
dan Difa adalah sahabat dekatku. Dengan mereka aku melewati hari-hariku di sekolah
dengan senang, sedih, canda, dan tawa. Kita sering berkumpul bersama, bercerita
bersama, dan membicarakan sesuatu yang terkadang tidak penting.
Suatu
hari ketika kita di laboratorium biologi, kita membicarakan hal yang sedang
tren saat itu yaitu samyang. Samyang adalah sejenis mie yang pedas dari Korea.
Masing-masing dari kita mengutarakan hal yang pernah kita coba maupun rasakan
tentang samyang. Ketika salah satu dari kita berbicara atau bercerita yang lain
mendengarkan. Ada yang membicarakan “samyang
challenge” ada yang berbicara tentang berbagai rasa samyang yang baru. Ada
juga yang bercerita tentang samyang dengan harga yang murah. Beberapa dari kita
ada yang tertarik ingin membeli samyang tersebut. Setelah beberapa lama
berbicara tentang samyang, arah pembicaraan pun berubah. Kita jadi membicarakan
tentang online shop. Biasalah namanya juga cewek kalau cerita suka
lari kemana-mana hehehe... . Lia bercerita bahwa dia dulu pernah membuat akun online shop di instagram. Tapi karena
tidak berjalan lancar akhirnya Lia menutup online
shop miliknya. Salah satu dari kita ada yang terbesit di pikirannya ingin
membuat bisnis online shop bersama.
Saat mendengarnya, yang lain pun setuju untuk berbisnis bersama. Setelah
berbicara bisnis bersama, pembicaraan kita pun terhenti karena kita harus
kembali ke kelas kita.
Hari
demi hari berlalu. Pembicaraan kita tentang bisnis bersama pun tak lagi kita
bahas. Pembicaraan tersebut hanya sekedar lewat seperti angin. Mungkin kita
semua lupa terhadap apa yang telah kita bicarakan. Namanya juga remaja yang
masih labil hehehe... . Saat kita sedang berkumpul bersama, salah satu dari
kita yaitu Difa melanjutkan pembicaraan yang telah kita lupakan dan hanya lewat
seperti angin yaitu tentang bisnis bersama. Diam-diam ternyata Difa telah
mencari online shop yang menjual
samyang dengan harga murah. Kita pun tertarik. Kita berfikiran jika kita
membeli samyang dengan harga yang murah ketika kita jual dengan harga yang
standar kita bisa mendapat keuntungan yang lumayan. Di akun online shop tersebut banyak orderan dan
juga banyak testi yang menandakan online
shop tersebut dapat dipercaya. Akhirnya kita percaya bahwa itu online shop yang terpercaya. Tanpa
berfikir panjang kita sepakat membeli samyang dari oline shop tersebut. Difa lah yang memesankan samyang dari online shop tersebut karena dia lah
ahlinya.
Keesokan
harinya masing-masing dari kita membawa uang untuk ditransfer ke online shop tersebut. Kita pun
bersemangat mentransfer uang tersebut. Setelah mentransfer Difa mengkonfirmasi
ke online shop tersebut untuk
mendapatkan no resi. No resi digunakan untuk mengecek barang yang kita pesan
sampai dimana. Sembari kita menunggu barang kita datang , kita membuat akun online shop di instagram untuk mempromosikan samyang kita. Melihat followers di online shop kita semakin
hari semakin bertambah, kita juga semakin bersemangat menunggu samyang pesanan
kita yang akan kita jual datang.
Setelah
lebih dari 2 minggu menunggu, kita semakin tidak sabar karena samyang pesanan
kita tak kunjung datang. Lalu kita menyuruh Difa untuk menanyakan kepada online shop tersebut kenapa samyang kita belum datang juga. Saat Difa
menanyakan kabar samyang kita, pesan Difa hanya dibaca saja dan tidak dibalas
oleh akun online shop tersebut. Kita masih berfikiran positif mungkin owner dari online shop tersebut
masih sibuk. Kita putuskan untuk menunggu lagi. Tanpa sepengetahuan yang lain
Difa mencoba menelusuri apakah online
shop tersebut gadungan atau tidak.
Dia menemukan pelanggan dari online shop tersebut yang nasibnya sama dengan
kita yaitu sudah mentransfer uang tapi barang belum datang juga. Tidak hanya
satu pelanggan saja tapi lumayan banyak. Akhirnya Difa menceritakan kepada
kita. Lalu kita mengecek bersama akun online
shop tersebut. Anehnya akun online shop berubah yang awalnya samyang.id menjadi smahits.id. Disini
kita tidak bisa berfikiran positif lagi kita merasa kalau kita semua sudah
ditipu. Kita menjadi geram. Emosi kita meluap-luap. Kita saling menyalahkan
satu sama lain. “kamu ini gimana sih katanya akunnya trusted kok jadi gini, kita jadi rugi kan” ungkap Della dengan
emosi yang meluap-luap kepada Difa. Difa pun membela diri karena merasa bukan
hanya dia yang salah. “aku kan juga nggak tau kalau akhirnya gini. Kita ditipu.
Tapi kalian nggak bisa dong cuma nyalahin aku” bela Difa. Emosi kita masih
meluap. Kita masih menyalahkan satu sama lain.
Setelah
beberapa lama, akhirnya emosi kita menurun. Kita mengintropeksi diri kita
masing-masing. Kita berfikir bahwa bukan hanya salah Difa tapi salah kita semua
karena terlalu langsung percaya dengan embel-embel kata murah. Kita menerima
dengan hati yang lapang bahwa kita telah tertipu meskipun dalam hati masih ada
benih-benih penyesalan. Namun kita berusaha untuk menerima kejadian ini dengan
ikhlas. Juga dapat menjadi pelajaran kedepannya untuk tidak terlalu langsung
percaya terhadap sesuatu apalagi dengan embel-embel kata ‘murah’. Demikian
cerita yang kurang menyenangkan ini berakhir.
SEMANGAT MENOLAK MENYERAH
Oleh : M. ZINEDIN Z. A. ( 18 )
Sepak bola adalah suatu permainan bola yang dimana dimainkan
oleh 2 tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang pemain inti dengan
beberapa pemain cadangan.Sepak bola adalah sebuah olahraga yang bukan hanya
tentang cara untuk memainkan bola saja,akan tetapi bagaimana juga cara
mengespresikan ,menikmati,dan mennunjukkan sebuah permainan yang indah untuk
dilihat dan dinikmati,sepakbola juga mengajarkan saya untuk tidak pantang
menyerah,memiliki rasa tanggung jawab,kerja keras yang tinggi,dan terutama
adalah rasa kekeluargaan yang ada didalam sebuah tim.
Dari dahulu hingga sekarang aku
bercita-cita ingin menjadi ingin menjadi pesepakbola yang terkenal akan tetapi
saya merasa diriku tidak akan mungkin bisa mendapatkan itu semua karena dari
segi fisik yang kurang mendukung membuat rasa ingin menjadi pemain sepak bola
menjadi pudar.Saat itu aku sedang duduk dan sedang membayangkan menjadi
pesepakbola yang terkenal tiba-tiba ayah menghampiriku
‘’Apa yang kau pikirkan kok dari tadi aku lihat melamun
saja?’’tanya Ayah
‘’Tidak apa-apa kok yah’’jawabku
‘’sudahlah bilang saja’’.Jawab Ayah
‘’Iya Ayah aku sedang membayangkan bagaimana menjadi
pesepakbola yang terkenal’’ Jawabku
‘’oh jadi itu yang sedang kamu pikirkan’’
‘’iya Ayah’’
Saat kelas 4 sd aku telah bergabung
dengan SSB (Sekolah Sepakbola) tim itu mempunyai nama CAHAYA MUDA sejak saat
itu aku sangat rutin berlatih,dan beberapa kali aku sering mengikuti banyak
turnamen akan tetapi,tidak pernah sekali pun mendapat juara apalagi
kemenangan. Semangat untuk berlatih pun
terasa kian menghilang.Pada waktu itu ada jadwal latihan tetapi aku tidak
semangat untuk berlatih dan ayahku terheran karena tidak semangat seperti dulu.
‘’kenapa kamu kelihatannya tidak semangat untuk
berlatih?.tanya ayah
‘’iya ayah aku aku tidak semangat seperti dulu lagi? Jawabku
sambil berbicara pelan
‘’kenapa?.tanya ayah
‘’percuma yah aku berlatih tetapi tidak sekali pun aku
mendapat juara’’.aku
‘’janganlah putus asa teruslah berlatih dengan rasa semangat
menolak untuk menyerah’’.ayah
‘’iya yah aku akan ingat pesan ayah’’.jawabku dengan suara
yang tegas.
Sejak saat itu aku ingat pesan ayah
dan terus berlatih tanpa rasa lelah.Hingga pada waktu smp timku mengikuti
MANDIRI LEAGUE turnamen ajang besar yang
diselenggarakan Oleh tim yang sangat besar dan terkenal AKADEMI REAL MADRID
tidak sedikit tim-tim hebat mengikuti
pada ajang turnamen tersebut.Saat itu timku yang tergolong tim jelek atau
kampungan tidak sama sekali minder malah lebih semangat untuk berlatih.Turnamen
pun telah dilaksanakan beberapa tim telah bertanding pada saat itu timku
melawan tuan rumah (Akademi Real Madrid) tim yang terkenal sangat kuat dan
sulit untuk ditaklukkan saat pertandingan beberapa menit akan dimulai temanku
yang bernama HAMZAH menghampiriku.
‘’apakah kita bisa menang?tanya hamzah
‘’bisa!.jawabku dengan rasa optimis
‘’tetapi lawan kita sangat hebat dan sulit untuk
ditaklukkan’’.tanya hamzah
‘’semua bisa dikalahkan kecuali Allah dan orang tua kita
harus yakin bahwa kita bisa’’jawabku
Pertandingan babak 1 dimulai tim tuan
rumah menguasai jalannya pertandingan dan sempat beberapa kali mengancam
pertahanan,saat itu timku beberapa kali mengancam dan aku sempat mencetak gol
akan tetapi gol tersebut dianulir wasit karena berada diposisi
offside.Pertandingan babak 1 selesai dengan skor kaca mata.Pertandingan babak
kedua dimulai saat itu timku memakai strategi qounter attack (serangan balik)
hasilnya positif timku mencetak gol yang disarangkan ke jala gawang tim tuan
rumah oleh Hamzah kita pun berselebrasi bersama disudut lapangan.
‘’gooooooollllll’’sorak gembira dengan rasa senang yang
sangat bernostlagia
Tak berselang lama temanku yang
bernama Affan menggandakan skor dengan kedudukan 2-0 kita pun merayakannya kembali dengan rasa
tidak percaya.Tim tuan rumah mengurung pertahanan timku pertandingan selesai
akan tetapi skor masih tetap 2-0 dengan keunggulan timku.Sejak saat itu
kepercayaan diri timku sangat kuat.Hebatnya hingga turnamen selesai timku tidak
pernah sekali pun kalah.Namun sayang dalam turnamen tersebut timku tidak
mendapat juara 1 tetapi juara 2 karena berada dibawah tim tuan rumah yang
selalu menang dan hanya kalah sekali.Namun tak apa karena itu sudah pencapaian
yang sangat gemilang.
Pengalaman tersebut tak akan
kulupakan dalam hidupku sejak saat itu semangat berlatih terus berkobar didalam
hati saya karena semangat menolak menyerah adalah kunci kesuksesan seseorang.
Aku, Dia, dan Dirinya
Oleh : Nadila Octaria M. ( 19 )
Hai, disini aku akan menceritakan
tentang aku, dia, dan dirinya dalam sebuah kehidupan. Yang tak lain lagi adalah
kehidupan pertemanan. Sebelumnya aku
akan memperkenalkan diriku, namaku adalah Clara, tepatnya itu nama panggilanku
serta nama teman – temanku adalah Ashley dan Naya. Kita bertiga berteman sejak
kita SD dan berlanjut sampai sekarang kita SMA dan kalau boleh jujur sebenarnya
aku sudah bosan sama mereka tapi bagaimana lagi mereka adalah teman yang
sebenarnya bukan teman yang baik saat ada yang diinginkan dan mereka baik. Bisa
dikatakan mereka itu sahabat aku. Meskipun kadang kalanya kita bertengkar,
saling mengejek, bertingkah layaknya anak kecil, dan masih banyak lagi.
Aku akan memperkenalkan karakter masing
– masing temanku, tapi aku akan memperkenalkan karakterku terlebih dahulu, aku
adalah orang yang keras kepala, tidak terlalau bijak, pakar masalah cinta, masih
mementingkan ego, dan masih banyak lagi. Untuk Ashley, dia mempunyai karakter
semaunya sendiri, meskipun dia baik banget sama kita semua, keras kepala tapi dia
yang jadi penengah antara aku dan Naya. Untuk Naya dia mempunyai karakter
cengeng, seperti anak kecil, dan sulit dinasehatin. Naya umurnya paling kecil
diantara kita bertiga, Ashley dia paling tua dan aku adalah penengahnya jadi
aku masih kecil, muda, dan unyu - unyu.
Kita tidak selalu kemana – mana bersama ada kalanya kita berpisah dan bermain
dengan teman kita yang lain karna kita tidak berteman dengan tiga orang ini
saja, kita juga satu organisasi yang sama, tapi tidak pernah satu kelas. Sekian
perkenalan untuk aku, Ashley, dan Naya.
Aku akan menceritakan pertengkaran
besar antara aku, Naya, dan Ashley saat masa SMP dimana kita masih berpikiran
dangkal dan masih mementingkan ego masing – masing. Saat itu kita masih kelas
9, kelas di jenjang terakhir masa SMP. Waktu itu kita bertiga jarang sekali
jalan bersama karena kita sudah sibuk dengan tugas – tugas sekolah dan persiapan
untuk Ujian Nasional. Tapi aku bersyukur kita masih bisa meghabiskan waktu bersama
dipulang sekolah dengan kita belajar bersama di tempat bimbingan belajar karena
kita satu kelas di tempat bimbingan belajar tersebut. Setiap berangkat bimbingan
belajar Naya selalu bersama Ashley, sedangkan aku berangkat sendirian. Aku
tidak pernah berangkat dengan Naya ataupun Ashley.
Beberapa bulan kemudian aku dekat
dengan temanku tetangga kelas, karena aku pergi ke tempat bimbingan belajar
bersama dia, namanya Ayana. Aku dekat dengannya karena dia baik dan dapat
memahami sifatku. Ayana seperti menggantikan tempat Ashley dan Naya sebagai
sahabatku, yang tidak pernah menganggapku. Di tempat bimbingan belajar pun aku
jarang bergurau dengan Ashley dan Naya, mereka akan bercerita denagn sendirinya
dan aku hanya dianggap angin lalu dan pendengar yang baik. Aku lebih nyaman bercanda dengan Ayana karena
dia menganggapku ada, dia juga memberikan solusi dan nasehat kepadaku jika aku
bercerita kepada dia tentang masalahku. Tapi aku tidak pernah bercerita tentang
masalhku dengan kedua sahabatku karena aku tidak mau membuka aib
pertemanan kami.
Aku pernah mencoba untuk menghilangkan
egoku dengan menceritakan masalahku kepada Ashley dan Naya karena aku tidak mau
ada rahasia diantara kita bertiga dan ujungnya jika salah satu diantara kita
mendapat maaalah kita tidak bisa membantu karena kita tidak mengerti masalah
yang menimpa salah satu diantara kita. Saat itu Ashley memang memberiku solusi
tapi tiba – tiba Naya menceletukkan sebuah rahasia mereka, aku pun bertanya, “
Ada apa ? “
“ Gak ada apa- apa, hanya masalah temaku kok. “
Jawab Naya. Aku pun percaya dan mereka melanjutkan bercerita dengan hal – hal
yang lucu aku pun juga ikut menimpali candaan mereka tapi lama – lama kau
seperti kambing congek diantara mereka berdua.
Waktu menunggu guru datang, aku yang
duduk tidak jauh dari mereka aku mendengar Naya berbicara. “ Gimana kabarnya
sama si dia ?“ Kata Naya. Si Ashley menjawab dengan bercerita panjang lebar,
maka dari itu aku dapat menyimpulkan bahwa Naya telah melakukan kebohongan yang
sangat aku benci, karena jika sekali seseorang berbohong aku akan sulit percaya
sama dia, meskipun orang tersebut hanya melakukan satu kali kebohongan. Aku
tidak memaksa untuk Ashley dan Naya untuk terbuka kepadaku jika memang masalah
itu sangat privasi, aku pun begitu jika masalah tersebut sangat privasi aku
tidak akan menceritakan kepada mereka meskipun mereka teman baikku.
Mulai hari itu hubungan pertemanan
kita merenggang dengan aku yang menjauhi mereka dengan pelan – pelan. Mereka
selalu bertanya – tanya. “ Kamu kenapa ? kok sepertiya kamu menjauhi kita. ”
“ Tidak, itu hanya perasaan kalian saja. ” Kata
– kata itu yang selalu aku katakana pada mereka dan mereka percaya apa yang aku
katakan. Beberapa minggu kemudian kita seperti orang yang tidak saling kenal
dengan aku yang mendiamkan mereka, tidak dengan adanya interaksi diantara kita,
baik itu bercanda, jalan bersama, atau lainnya. Aku tau aku egois tapi hatiku
sudah telanjuer sakit dan kecewa dengan
mereka.
Di sekolah pun kita tidak bertegur
sapa, saat ada kumpul organisasi kita juga tidak berbicara satu sama lain, dan
yang parah waktu kita di tempat bimbingan belajar, kita seperti orang yang
benar – benar asing, duduk berjauhan, perilaku kita seperti ‘ Kamu siapa aku ?
Kita pernah kenal ya sebelumnya ? ‘ Aku juga sempat menyindir mereka melalui
status di media sosial ( sosmed ) punyaku yang berisi, “ teman yang sebenarnya
adalah teman yang selalu ada untuk temannya bukannya pilih teman yang lain dan
yang lain cuma jadi nyamuk, situ yakin kalau situ temen yang real bukan yang
fake, apa perlu kaca buat nyadarinnya ? hello nyadar mbak. “ Hal ini terjadi
sangat lama sampai berbulan bulan.
Pada puncaknya saat sekolah kita
pulang pagi dan kebetulan juga ada kumpul organisasi, Naya bertanya kepadaku, “
apa maksud kamu buat status seperti itu ? Aku dan Ashley ngebiarin kamu gak tanya
macam – macam sama kamu, kita ingin kamu jujur sama kita tapi apa yang kamu
lakukan kamu diam aja. Apa sih yang salah dari kita berdua ? “
“ Kalian gak salah sama sekali, lagian aku
waktu itu iseng aja ingin buat status seperti itu. “ Jawabku. Naya menimpali
perkataanku, “ kamu bohong Clara, kenapa kamu gak jujur sama kita. Kamu bicara
jangan diam aja, mana kita tahu kalo kita salah. “
“ Mungkin kita masih butuh intropeksi
diri buat tahu apa maksut aku di status. “
“ Tapi kalo kamu diam aja ya percuma
gak akan bisa menyelesaikan maslah, yang ada masalah semakin bertambah. “ Naya
menjawab dengan nada yang membentak, aku ikut emosi, “ ya biasa aja nada kamu,
yang seharusnya intropeksi itu kamu sama Ashley, kalian salahnya apa ingat –
ingat, jangan cuma menyalahkan aku. “
“ Tapi kamu juga salah Clara, seharusnya kamu
bicara sama kita juga kita salah apa.“ Naya menjawab dengan nada yang agak
lembut tidak seperti sebelumnya.
“ kamu mau tahu apa yang aku rasain
selama ini sama kalian ? “
“ ya kami ingin tahu. “ Jawab Ashley
“ Kami tidak ingin pertemanan kita merenggang,
kita juga sudah kelas 9 seharusnya kita harus fokus ujian dan tes masuk SMA. “
Sahut Naya
“ Apa kalian ingat saat kita di
bimbingan belajar, waktu Naya nyeletuk ‘gimana hubunganmu sama si dia’ , dan
saat aku tanya ada apa kalian bilang tidak ada apa – apa, tapi kenyataanyya
apa. KALIAN BERBOHONG sama aku, ada yang kalian sembunyikan dari aku tentang
hubungan Ashley dengan si dia yang dimaksud Naya, kalian tahu AKU SAKIT HATI SAMA
KALIAN, AKU KECEWA DENGAN KALIAN YANG MENUTUPI KEBOHONGAN ITU KALIAN BERBICRA
TIDAK ADA APA – APA PADAHAL ADA, aku juga tidak memaksa jika itu memang bener -
bener privasi tapi kenapa kamu Ashley hanya cerita kepada Naya, apa aku tidak kamu anggap teman,
apa kamu tidak percaya sama aku, jika
ada yang tanya, ‘ eh Clara apa si Ashley temen kamu itu lagi deket sama si dia?
Aku jawabnya gak tahu terus langsung dia nyahut, gimana sih kamu katanya teman
tapi kok kayak gak tahu apa – apa? ‘ Kalo gitu aku harus gimana aku merasa
kayak kambing congek tahu gak diantara kalian. Kayak ‘ kamu emang teman si
Ashkeys ama si Naya, tapi kok kamu gak tau apa – apa tentang mereka, apa yang
lagi panas - panasnya tentang mereka ‘. Sakit tahu gak kayak gitu itu, aku capek
kayak gini terus, aku juga mikir gimana menyelesaikan masalah ini, tapi aku gak
bisa menghilangkan ego aku yang sudah kalian sakitin… hiks…hiks…hiks.” Aku
meluapkan semua emosiku, rasa sakit hati dan kecewaku.
“ Ya ampun kita berdua gak pernah
berpikir seperti itu kita percaya sama kamu, kita menganggap kamu temen Clara,
tapi memang itu rahasia Ashley, dia masih belum mau buka rahasia itu ke kamu,
karena dia tahu kamu suak sam si dia juga, kamu naksir si dian juga, kita hanya
menjaga perassaan kamu Cla. Asal kamu tahu aku juga sedih lihat kamu yang
ngejaiuhin kita, kamu yang kayak gak kenal sama kita, kamu yang beda gak kayak
dulu.” Jawab Naya sambil nangis.
“ Kita udah berusaha buat diamin kamu
biar kamu cerita Cla, kita gak pingin kamu sakit hati, kita berdua saying sma
kamu Cla, aku udah anggep kamu keluarga aku.“ jawab Ashley.
Setelah aku merasa tenang, kita bertiga
pergi ke taman sekolah buat menyelesaikan masalah kita dengan kepala dingin. “
Aku akan jelasin kesalahpahaman kamu. Sebenarnya aku udah chat sama si dia
terus aku cerita ke Naya buat maslaah si dia yang terus chat aku padahal aku
bilang ke dia ‘ jangan chat aku, kita cukup jadi temen aja gak lebih. ‘ tapi
dia gak pernah berhenti chat aku lalu aku cerita ke Naya buat menyelesaikan masalah
si dia karena kalau aku cerita ke kamu secara gak langsung kamu akan sakit hati.
Waktu aku cuek ke kamu aku ingin dengan sendirinya kamu cerita ke aku masalah
kamu, aku ingin kamu terbuka sama kita. Sebenarnya aku agak kecewa dengan kamu
cerita masalah kamu ke Ayana kayak kamu
itu gak percaya sama kita juga .” jelas Ashley
“ Aku minta maaf Cla udah buat kamu
sakit hati, udah tertutup sama kamu meskipun itu buat kebaikan kamu.” Sahut
Naya
“ Aku juga minta maaf udah nyuekin
kalian, maaf juga hanya karena maslah ini kita jadi renggang gara – gara egoku
yang masih tinggi dan aku masih belum bisa berpikir dewasa. Maaf udah gk cerita
ke kalian malah cerita ke Ayana. Sebenarnya aku udah gak ada rasa apa –apa lagi
sma si dia kok “ jawabku “ oke berarti kita udah baikan yaa janagn bertengkar
bertengkar lagi, okeee .” lanjut Ashley “ aku sayang kalian semua “ jawab kita
bertiga bersamaan secara tidak sengaja.
Itulah kisah pertemananku dengan kedua
temanku, memang dalam pertemanan tidak pernah aku selalu ada saja masalahnya,
bahkan sampai sekarang kita masih melakukan diam – diaman tapi tidak lama hanya
beberapa jam, lalu kita kembali bercanda lagi. Terbukalah sama teman kalian,
berceritalah jika ada yang mengganjal di hati kalian tentang sebuah masalah,
percayalah jika dia memang teman mu yang sebenarnya bukan yang datang disaat
senang saja maka dia akan membantu kamu melewati masalahmu dan memberi kamu jalan
keluar dari masalahmu.

Komentar
Posting Komentar