Resensi - The Real Past

MELEWATI RUANG WAKTU


Judul Buku                 : The Real Past
Penulis                        : Ayu Dewi
Penerbit                     : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2014
Tebal                           : 248 Halaman; 20 cm
ISBN                            : 978 – 602 – 03 – 0150 – 1



                Mengembangkan kecerdasan bahasa  merupakan hal yang  penting. Kemampuan bahasa dapat digunakan untuk membangkitkan (memberi semangat), meminta tolong, menyakinkan, mendorong dan menyampaikan Informasi, tidak hanya mudah dalam berbahasa tetapi juga peka terhadap perbedaan-perbedaan dan penggunaan irama dalam kata-kata. Selain dari mempelajari bahasa lain, kita dapat meningkatkan kemampuan bahasa dengan cara rajin membaca

                Buku novel berjudul The Real Past ini tidak hanya sebuah karangan fiksi, tetapi juga mengangkat kerajaan Majapahit sebagai latar belakangnya sehingga menarik untuk dibaca. Berangkat dari kisah pelajar SMA yaitu Dara dan Bagus yang mengikuti study tour ke Trowulan, kompleks candi peninggalan Majapahit. Study tour itu diselenggarakan  oleh klub fotografi SMA mereka di Surabaya , tempat mereka menyalurkan hobi dan mencari pekerjaan sampingan. Mereka berdua bersemangat mencari objek menarik demi memenangi kompetisi dengan hadiah menggiurkan. Saat berada di reruntuhan candi Gentong, meski ada larangan mendekati lorong gelap menurun menyerupai sumur, Dara tetap nekat. Bagus yang hendak membawa dara menjauh malah ikut tersedot kabut jingga yang tiba-tiba keluar dari lorong tersebut.

                Begitu sadar, mereka yang awalnya berada di tahun 2009 ternyata terlempar ketahun 1498-an, ke hutan dekat desa Wilwatikta,ibu kota Majapahit. Mereka baru mengetahui bahwa mereka telah mengalami distorsi ruang dan waktu ketika salah satu prajurit Majapahit yang bernama Mada dan adiknya Dewi  membawa mereka ke istana bertemu dengan raja Janardhana, raja Majapahit saat itu. Sambil menemukan cara untuk kembali ke masa depan, Dara dan Bagus hidup sebagai rakyat majapahit pada saat itu, sekaligus mengubah perilaku mada yang awalnya begitu dingin dan  menjengkelkan menjadi baik hati. Di Majapahit Dara menemukan sosok baru yang memunculkan kebimbangan, tetap di Majapahit atau pulang ke masa depan. Mereka dapat kembali ke masa depan ketika Majapahit dalam keadaan peperangan yang menyebabkan Majapahit menjadi lautan api. Ketika itu Mada telah menemukan  arca kecil berlambang surya Majapahit di hutan terlarang  yang mengeluarkan kabut jingga  ketika senja sama seperti kabut jingga yang  ditemui Bagus dan Dara ketika itu. Awalnya Dara enggan kembali ke masa depan karena dia telah menemukan sosok yang dicintainya di Majapahit, karena dibujuk oleh Bagus dan Mada akhirnya dewi mau kembali ke masa depan bersama dengan Bagus.
               
                Novel ini disajikan dengan latar belakang kerajaan Majapahit  sehingga menarik untuk dibaca. Anda akan mengetahui bahwa ayu Dewi menyukai hal-hal yang berkaitan dengan sejarah. Sayangnya , meskipun menarik untuk dibaca novel ini terkadang perbabnya tidak berkaitan, contohnya bab 17 dan bab 18 yang sulit dipahami bahkan tidak ada kaitannya.

                Dengan mengesampingkan kekurangan tadi, novel ini cocok untuk dibaca pelajar yang ingin menambah kemampuan bahasa, imajinasi, wawasan tentang sejarah, karena novel ini disajikan dengan latar belakang kerajaan Majapahit. Novel ini mengajarkan kepada kita bahwa saling menyalahkan merupakan tindakan yang tidak berguna ketika kita dalam masalah. Selain itu, Novel ini juga mengajarkan kepada kita bahwa  kesabaran dan kerja keras sangat diperlukan untuk mencapai tujuan.

                

Komentar